Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Foto: Dok Kemenperin
Insi Nantika Jelita • 18 June 2025 11:08
Jakarta: Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan eskalasi konflik militer antara Iran dan Israel memicu gangguan signifikan di pasar global, termasuk sektor industri manufaktur Indonesia. Ketegangan tersebut memperbesar risiko gangguan rantai pasok global, lonjakan biaya logistik, gejolak nilai tukar, dan pelemahan permintaan ekspor.
Menurut Agus, jalur perdagangan maritim yang vital seperti Selat Hormuz, yang menangani sekitar 30 persen pengiriman minyak dunia, dan Terusan Suez yang menjadi rute bagi sekitar 10 persen perdagangan global, berisiko terganggu akibat konflik.
Serangan terhadap kapal-kapal komersial baru-baru ini telah memaksa pengalihan rute pelayaran melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Dampaknya, waktu pengiriman barang dari Asia ke Eropa bertambah 10-15 hari, dan biaya kontainer meningkat hingga 150-200 persen.
“Gangguan tersebut berdampak pada sejumlah sektor industri di Indonesia,” ungkap Agus dalam keterangan resmi, dikutip Rabu, 18 Juni 2025.
Ia mencontohkan dampak tersebut menyasar sektor otomotif dan elektronik yang bergantung pada komponen impor untuk sekitar 65 persen produksinya. Akibat kelangkaan semikonduktor dan waktu tunggu hingga 26 minggu, potensi kerugian ekspor dari sektor ini diperkirakan mencapai USD500 juta.
Sementara itu, industri tekstil dan alas kaki menghadapi penyusutan margin laba sebesar lima hingga tujuh persen akibat kenaikan biaya logistik, yang pada gilirannya menggerus daya saing dibandingkan negara-negara pesaing seperti Vietnam dan Bangladesh.
Adapun sektor nikel dan baja, yang berperan penting dalam mendukung transisi energi global, menghadapi tantangan besar akibat kenaikan biaya transportasi batu bara sebesar 15-20 persen dan penundaan pengiriman hingga tiga sampai empat minggu. Potensi kerugian ekspor sektor ini mencapai USD1,2 miliar.
Baca juga:
Kemenperin Ciptakan Iklim Investasi Kondusif di Kawasan Industri |