Emas batangan. Foto: dok Global Bullion Suppliers.
Husen Miftahudin • 9 August 2025 09:48
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) menunjukkan pergerakan yang dinamis sepanjang minggu ini. Fluktuasi yang terjadi tidak lepas dari sejumlah faktor eksternal, termasuk penguatan dolar Amerika Serikat (AS), ketegangan geopolitik, hingga spekulasi kebijakan moneter AS.
Analis dari Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha mengatakan, meski sempat mengalami tekanan, tren jangka menengah emas masih berada dalam jalur bullish. Sinyal penguatan harga masih cukup solid berdasarkan kombinasi indikator candlestick dan Moving Average.
Kinerja dolar AS sepanjang minggu ini tercatat menguat sekitar 0,4 persen, dipicu oleh stabilnya data inflasi produsen (PPI) periode Juni. Kuatnya dolar biasanya menjadi hambatan bagi harga emas karena membuat logam mulia ini lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Namun demikian, tekanan dari penguatan dolar tidak serta merta menjatuhkan harga emas secara signifikan, karena ketegangan geopolitik dan kekhawatiran terhadap kebijakan moneter justru memberikan dukungan," ungkap Andy dikutip dari analisnya, Sabtu, 9 Agustus 2025.
Salah satu kejadian yang memicu lonjakan harga emas terjadi saat muncul rumor Presiden AS Donald Trump akan memecat Ketua The Fed Jerome Powell. Isu ini menciptakan ketegangan pasar dan memicu reli mendadak emas hingga menyentuh level USD3.377 per ons.
"Meskipun kemudian kabar tersebut dibantah dan reli mereda, pergerakan tajam ini menunjukkan pasar sangat sensitif terhadap ketidakpastian politik dan kebijakan suku bunga," papar dia.
Selain itu, ancaman tarif baru terhadap barang impor dari Meksiko dan Uni Eropa kembali mendorong pelaku pasar mengalihkan asetnya ke instrumen safe haven seperti emas.
Di sisi data ekonomi, meskipun PPI tercatat stabil, laju inflasi konsumen (CPI) tetap berada di level moderat, sehingga menimbulkan ketidakpastian mengenai waktu dan besaran pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Baca juga: Habis Cetak Rekor, Harga Emas Malah Tergelincir |