Ilustrasi bendera Rusia dan Indonesia. Foto: Freepik.
M Ilham Ramadhan Avisena • 20 June 2025 17:06
Jakarta: Rencana penguatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Rusia, termasuk dalam bidang investasi industri gula, pupuk, dan perdagangan daging, dinilai sebagai sinyal positif bagi arah pemulihan ekonomi Indonesia. Namun, sejumlah perhatian juga perlu diberikan agar dampaknya optimal dan tidak merugikan sektor domestik.
Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyebutkan, langkah ini berpotensi tidak hanya mempererat hubungan bilateral, tetapi juga menjadi bagian dari strategi memperkuat posisi Indonesia dalam blok ekonomi BRICS.
"Saya kira hal yang positif untuk menguatkan pertama kerjasama perdagangan ya bilateral antara Indonesia dan Rusia, termasuk juga mungkin ini menjadi kolaborasi dalam memperkuat BRICS," ujar Tauhid saat dihubungi, Jumat, 20 Juni 2025.
Ia menilai, jika investasi dari Rusia benar-benar signifikan, maka ini dapat menjadi penopang ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global akibat konflik Iran-Israel dan tekanan tarif dari Amerika Serikat (AS).
Salah satu poin penting dari kerja sama ini adalah rencana impor daging dari Rusia. Tauhid menekankan bahwa daging impor harus memenuhi standar keamanan dan mutu di Indonesia, serta bersaing dari sisi harga.
"Kita berharap memenuhi standarisasi yang ada di Indonesia dengan harga yang lebih kompetitif ketimbang katakanlah kita impor dari Australia ataupun dari New Zealand," jelas Tauhid.
Namun ia mengingatkan agar kebijakan ini tidak sampai menekan sektor peternakan lokal. Sebisa mungkin, kata Tauhid, kerja sama tersebut tidak merusak produk yang ada di dalam negeri.
Baca juga: Kunjungan Prabowo ke Rusia Momentum Perluas Pengaruh Indonesia |