Ilustrasi. Foto: dok MI/Susanto.
Ade Hapsari Lestarini • 9 January 2025 18:16
Jakarta: HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) memperkirakan aset berisiko akan tetap menjanjikan di paruh pertama 2025. Faktor pendukungnya yakni dukungan dari prospek ekonomi global yang sehat, meluasnya pertumbuhan pendapatan perusahaan dan pemangkasan suku bunga bank sentral di berbagai belahan dunia.
HSBC GPB meyakini kinerja saham akan mengungguli obligasi, dan kinerja obligasi akan lebih baik daripada simpanan tunai. Pertumbuhan ekonomi di Asia, di luar Jepang, diperkirakan tetap tangguh pada kisaran 4,4 persen pada 2025, di atas rata-rata pertumbuhan global sebesar 2,7 persen, berkat pertumbuhan domestik yang kuat di India dan negara-negara ASEAN, serta meluasnya stimulus kebijakan Tiongkok.
HSBC GPB memiliki pandangan overweight terhadap saham global dan netral terhadap obligasi global. Meski demikian, HSBC GPB tetap melakukan pendekatan secara aktif dan taktis dalam memilih obligasi yang tepat agar tetap menghasilkan keuntungan.
Demi mengurangi risiko geopolitik dan perdagangan dunia yang tidak menentu, HSBC GPB berpandangan overweight secara taktis pada hedge fund dan emas sebagai sarana lindung nilai dari risiko ekstrem dan untuk diversifikasi portofolio. HSCB GPB juga memperkirakan dolar AS akan tetap kuat.

Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Portofolio investasi yang terdiversifikasi
"Sepanjang 2024, portofolio investasi yang terdiversifikasi terbukti jauh lebih unggul dibandingkan hanya menyimpan uang tunai. Kami perkirakan tren ini akan berlanjut di 2025. Meskipun kebijakan-kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang baru menimbulkan ketidakpastian dalam kebijakan domestik, perdagangan, dan keuangan, kami yakin pemotongan pajak dan deregulasi akan berdampak positif bagi aset-aset berisiko di Amerika Serikat. Hal ini memperkuat
overweight taktis terbesar kami pada saham Amerika Serikat dan saham global. Kami juga berpandangan
bullish terhadap dolar AS. Selain itu, kami juga
overweight pada saham Inggris, Jepang, India, dan Singapura karena potensi pertumbuhan dan profil risiko-imbal balik yang menarik dari aset-aset tersebut," kata Chief Investment Officer, Asia, Global Private Banking and Wealth HSBC, Fan Cheuk Wan, dalam keterangan tertulis, Kamis, 9 Januari 2025.
Menurut dia, kondisi
risk-on mengurangi daya tarik obligasi
safe haven. Selain itu, selisih imbal hasil juga relatif ketat. Oleh karena itu, HSBC GPB berpandangan netral terhadap obligasi global dan lebih memilih strategi investasi obligasi yang lebih aktif di tengah peningkatan fluktuasi suku bunga.
HSBC GPB memperkirakan risiko geopolitik dan ketidakpastian perdagangan akan meningkatkan permintaan terhadap investasi lindung nilai terhadap risiko ekstrem dan untuk diversifikasi portofolio, sehingga mendukung
overweight perseroan terhadap emas dan
hedge funds, serta alokasi strategis pada pasar privat.
"HSBC GPB memperkirakan bank sentral di berbagai negara, kecuali Bank Sentral Jepang, akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) diperkirakan akan terus menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin secara bertahap pada Maret, Juni, dan September 2025. Hal ini akan membuat suku bunga acuan di Amerika Serikat berada di kisaran 3,50-3,75 persen pada September 2025," kata Fan.