Ilustrasi game roblox.
Daviq Umar Al Faruq • 12 August 2025 16:37
Malang: Platform gim daring Roblox semakin populer di kalangan anak-anak dan remaja di Indonesia. Popularitas gim tersebut menimbulkan perdebatan, terutama terkait manfaat dan risiko yang ditimbulkan. Di satu sisi, Roblox dianggap berpotensi sebagai media edukasi, namun di sisi lain muncul kekhawatiran konten negatif yang berisiko diakses oleh anak-anak.
Menanggapi hal ini, Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Arina Restian, menyampaikan pandangannya. Menurut Arina, Roblox memiliki dua sisi yang perlu diperhatikan.
"Menurut saya, Roblox itu memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya terdapat edukasi terkait keilmuan matematika, fokus, dan strategi. Tetapi juga karena adanya oknum-oknum yang memunculkan sisi negatif seperti kekerasan, pornografi, dan lain sebagainya," ujar Arina, Selasa 12 Agustus 2025.
Arina menekankan pentingnya pendampingan dari orang tua dan guru agar anak-anak dapat memanfaatkan Roblox dengan aman dan bermanfaat. Selain sebagai hiburan, Roblox juga dinilai memiliki potensi sebagai media pembelajaran bagi anak usia sekolah dasar, khususnya dengan pendekatan project based learning.
"Pemanfaatan dalam pembelajaran anak SD itu, mungkin kalau dalam bahasa pembelajaran itu project based learning. Jadi anak-anak bisa merasakan keseruan belajar melalui Roblox, di lain sisi guru juga bisa menyampaikan materi dengan lebih lancar," tambah Arina.
Sebagai pendidik, Arina juga mengingatkan bahwa semua langkah pengawasan dan pemanfaatan harus sesuai dengan payung hukum yang berlaku, seperti Undang-Undang Perlindungan Anak dan Undang-Undang tentang Pornografi.
"Jadi yang pertama kita harus berpacu pada payung hukum ya, salah satunya UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, kemudian yang kedua UU No. 23 Tahun 2002 tentang Pornografi. Artinya, melarang penyediaan akses konten pornografi pada anak," tegas Arina.
Untuk melindungi anak dari konten negatif di Roblox, Arina menyarankan beberapa strategi. Pertama, memanfaatkan fitur kontrol usia yang disediakan secara resmi. Kedua, memberikan edukasi literasi digital kepada anak.
"Strategi melindungi anak dalam konteks Roblox itu yang pertama adalah menggunakan fitur yang dikontrol secara resmi. Biasanya ada batasan usia sehingga kita menonaktifkan anak-anak yang di luar batas usianya. Kemudian edukasi literasi digital yang mengajarkan tentang batas aman informasi, cara menolak ajakan mencurigakan, dan pentingnya kolaborasi dengan sekolah," jelas Arina.
Arina juga menyoroti potensi Roblox di bidang pendidikan. Menurut dia, pemantauan rutin sangat dibutuhkan, misalnya melalui server privat yang edukatif.
"Roblox ini punya potensi bagus di dunia pendidikan jika digunakan dengan baik dan maksimal. Kalau mau main Roblox, anak-anak harus dikontrol oleh sekolah. Misalnya memastikan ada admin dari sekolah dan admin dari orang tua. Dengan begitu, anak-anak bisa merasa senang namun pembelajaran tetap aman dan nyaman," ujar Arina.
Ia menyimpulkan, ada tiga kata kunci penting yang perlu diperhatikan agar pemanfaatan Roblox bisa berkelanjutan dan aman, yaitu: aman secara digital, produktif, dan literasi digital. Oleh karena itu, diperlukan sinergi dari berbagai pihak seperti dunia pendidikan, teknologi informasi, serta lembaga perlindungan anak dan pornografi.
Rekomendasi terakhir adalah adanya sinergi dengan kebijakan pemerintah agar pemanfaatan gim edukasi dapat sesuai dengan undang-undang perlindungan anak, UU ITE, dan kebijakan Kominfo.
"Adanya sinergi dengan kebijakan pemerintah agar pemanfaatan gim edukasi sesuai dengan regulasi yang ada," pungkas Arina.