Perjanjian Filipina dan Tiongkok mencakup keamanan Laut China Selatan. (Anadolu)
Marcheilla Ariesta • 19 November 2024 20:53
Manila: Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin mengatakan, aliansi AS dengan Filipina akan melampaui perubahan dalam pemerintahan. Ia menegaskan kembali dukungannya untuk negara Asia Tenggara tersebut.
“Filipina akan tetap menjadi negara penting bagi Amerika Serikat selama bertahun-tahun,” kata Austin dalam konferensi pers selama kunjungan ke Komando Barat militer Filipina di Pulau Palawan di sebelah Laut China Selatan.
Dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 19 November 2024, baik Austin maupun mitranya dari Filipina Gilberto Teodoro menyatakan kekhawatiran atas perilaku Tiongkok di Laut China Selatan. Kepala Pentagon itu menegaskan kembali komitmen pertahanan Washington kepada Filipina berdasarkan Perjanjian Pertahanan Bersama tahun 1951.
Austin mengatakan perjanjian itu juga akan mencakup serangan bersenjata di Laut China Selatan. Ia mengatakan Beijing telah menggunakan tindakan berbahaya dan eskalatif untuk mencoba menegaskan klaim ekspansifnya.
Filipina dan Tiongkok telah terlibat dalam pertengkaran berulang kali dalam beberapa tahun terakhir atas fitur yang disengketakan dalam zona ekonomi eksklusif Manila, yang memicu kekhawatiran regional tentang salah perhitungan dan eskalasi di laut.
Negeri Tirai Bambu mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan, jalur perdagangan kapal senilai lebih dari USD3 triliun setiap tahunnya, yang membuatnya berselisih dengan negara-negara tetangganya di Asia Tenggara.
Sementara itu, Filipina dan Amerika Serikat (AS) baru saja menandatangani kesepakatan berbagi intelijen militer kemarin. Penandatanganan ini dalam upaya mempererat hubungan pertahanan antara kedua negara yang menghadapi tantangan keamanan bersama di kawasan tersebut.
Perjanjian Keamanan Umum Informasi Militer (GSOMIA) menjadikan pakta tersebut memungkinkan kedua negara untuk berbagi informasi militer rahasia dengan aman.
Keterlibatan keamanan antara Amerika Serikat dan Filipina telah semakin dalam di bawah Presiden Joe Biden dan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr., dengan kedua pemimpin tersebut ingin melawan apa yang mereka lihat sebagai kebijakan agresif Tiongkok di Laut China Selatan dan dekat Taiwan.
Baca juga: Bikin Tiongkok Panas, Filipina-AS Tandatangani Perjanjian Berbagi Intelijen Militer