Ilustrasi meninggal dunia. (Medcom.id)
Willy Haryono • 26 December 2023 22:50
Nigeria: Sejumlah bandit melancarkan serangan brutal di sejumlah desa di Nigeria tengah, menelan korban jiwa hingga 160 orang.
Jumlah tersebut melonjak tajam dari data awal yang dilaporkan tentara Nigeria pada hari Minggu malam, yaitu 16 orang. Lokasi terjadinya serangan dikenal sebagai area yang dilanda kekerasan agama dan etnis dalam beberapa tahun terakhir.
"Sebanyak 113 orang telah dikonfirmasi tewas dalam serangan pada hari Sabtu yang berlanjut hingga Senin dini hari," kata Monday Kassah, kepala pemerintah daerah di Bokkos, Negara Bagian Plateau, kepada kantor berita AFP.
Gerombolan militer, yang secara lokal disebut sebagai "bandit", melancarkan serangan "terkoordinasi dengan baik" di “sekitar 20 komunitas" dan membakar rumah-rumah warga, kata Kassah.
"Kami menemukan lebih dari 300 orang terluka" yang telah dipindahkan ke rumah sakit di Bokkos, Jos dan Barkin Ladi, lanjutnya.
Jumlah korban sementara dari data Palang Merah setempat adalah 104 orang tewas di 18 desa di wilayah Bokkos.
Sedikitnya 50 orang juga dilaporkan tewas di beberapa desa di wilayah Barkin Ladi, menurut Dickson Chollom, anggota parlemen negara bagian. Ia mengutuk serangan tersebut dan meminta pasukan keamanan untuk bertindak cepat.
"Kami tidak akan menyerah pada taktik para pedagang kematian ini. Kami bersatu dalam mengejar keadilan dan perdamaian abadi," kata Chollom.
Serangan yang dimulai di daerah Bokkos meluas ke daerah tetangga Barkin Ladi di mana 30 orang ditemukan tewas, menurut ketua lokal Danjuma Dakil.
Pada hari Minggu, Gubernur Negara Bagian Plateau, Caleb Mutfwang, mengutuk kekerasan tersebut dan menyebutnya "biadab, brutal, dan tidak dapat dibenarkan."
"Langkah-langkah proaktif akan diambil oleh pemerintah untuk menghentikan serangan-serangan yang sedang berlangsung terhadap warga sipil yang tidak berdosa," ujar Gyang Bere, juru bicara gubernur.
Suara tembakan masih terdengar pada Senin sore, menurut sebuah sumber dari wilayah tersebut, yang berada di garis pemisah antara wilayah utara Nigeria yang sebagian besar penduduknya beragama Islam dan wilayah selatan yang sebagian besar penduduknya beragama Kristen.
Markus Amorudu, seorang penduduk desa Mushu, mengatakan bahwa orang-orang sedang tidur ketika suara tembakan terdengar.
"Kami takut karena kami tidak menduga akan ada serangan. Orang-orang bersembunyi, tetapi para penyerang menangkap banyak dari kami, beberapa terbunuh, yang lainnya terluka," katanya kepada AFP.
Amnesty International mengkritik pemerintah setelah serangan tersebut, dengan mengatakan bahwa "pihak berwenang Nigeria telah gagal mengakhiri serangan mematikan yang sering terjadi di masyarakat pedesaan di negara bagian Plateau," dalam sebuah tulisan di media sosial X.
Nigeria barat laut dan tengah telah lama diteror oleh milisi bandit yang beroperasi dari pangkalan jauh di dalam hutan dan menyerbu desa-desa untuk menjarah dan menculik penduduk untuk mendapatkan uang tebusan.
Persaingan sumber daya alam antara penggembala nomaden dan petani, yang diperparah dengan pertumbuhan penduduk yang cepat dan tekanan iklim, juga memperburuk ketegangan sosial dan memicu kekerasan.
Ekstremisme telah berkecamuk di timur laut Nigeria sejak 2009, menewaskan puluhan ribu orang dan membuat sekitar 2 juta orang mengungsi, ketika Boko Haram bertempur untuk mendapatkan supremasi dengan para pesaingnya yang terkait dengan kelompok ISIS.
Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, mantan gubernur Lagos yang terpilih pada bulan Februari dalam pemungutan suara yang diperebutkan dengan ketat, telah berjanji untuk menarik lebih banyak investasi ke negara dengan ekonomi terbesar dan terpadat di Afrika ini dalam upaya mengatasi tantangan-tantangan keamanan yang terus berlanjut. (Kanaya Hairunissa)
Baca juga: 13 Siswa Sekolah Islam di Nigeria Tewas Diserang Kelompok Bersenjata