Produksi Jeruk Siam Banjar Menurun Akibat Kemarau dan Karhutla

Ilustrasi. Medcom.id

Produksi Jeruk Siam Banjar Menurun Akibat Kemarau dan Karhutla

Media Indonesia • 26 November 2023 07:07

Banjarmasin: Musim kemarau dan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sepanjang 2023 telah berimbas pada kerusakan lahan pertanian dan anjloknya produksi jeruk di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.

Produksi jeruk jenis Siam Banjar khas Barito Kuala menurun dari 75.495 ton pada 2022 menjadi 21.487 ton pada 2023.

"Kondisi kemarau dan karhutla telah berdampak pada sektor pertanian tidak hanya tanaman pangan, tetapi juga holtikultura termasuk jeruk Siam Banjar yang menjadi andalan daerah," ungkap Kepala Bidang Holtikultura, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Barito Kuala, Miliyarto, Minggu, 26 November 2023.

Padahal pertanian jeruk di Barito Kuala baru mulai bangkit setelah dilanda bencana banjir parah pada awal 2021 lalu. Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten penghasil jeruk terbesar di Kalsel bersama Kabupaten Banjar.

Di kabupaten ini perkebunan jeruk tersebar merata di 17 kecamatan dan terbanyak ada di Kecamatan Mandastana, Belawang, Rantau Badauh dan Barambai.

Tercatat dari luas tanam 7.022 hektare pada 2023 atau sebanyak 1,4 juta pohon, luas panen hingga triwulan III baru 4.357 hektare atau 871.330 pohon. Demikian juga dengan produksi jeruk mengalami penurunan dari 75.495 ton pada 2022 menjadi 21.487 ton pada 2023.

Sementara pada 2021 saat bencana banjir besar terjadi pertanian jeruk di Barito Kuala juga terpuruk. Tercatat lebih 1.000 hektare tanaman jeruk mengalami kerusakan. Sedangkan produksi jeruk juga turun dari 94.962 ton pada 2019 menjadi hanya 64.360 ton pada 2021 lalu.

"Sebenarnya tanaman jeruk yang terdampak banjir tapi tidak puso/mati sudah kembali produktif, namun kembali terdampak kemarau dan karhutla. Sebagian tanaman baru belum panen," jelas Miliyarto.

Jani Mukhtar, 48, seorang petani sekaligus pengusaha jeruk di Desa Karang Bunga, Kecamatan Mandastana mengungkapkan terjadinya penurunan produksi jeruk akibat kemarau dan banyaknya kebun jeruk warga yang terbakar.

"Akibat kemarau buah jeruk menjadi kecil dan produksinya turun. Untungnya jenis jeruk di Batola ini masih bisa berbuah sepanjang tahun di luar panen raya," ungkap Jani yang memiliki 10 hektare kebun jeruk.

Namun sisi positifnya harga jeruk mengalami lonjakan dari Rp3.500 perkilo menjadi Rp8.000 perkilo di tingkat petani. Sedangkan di pasaran Pulau Jawa harga jeruk Siam Banjar mencapai Rp13.000 perkilogram. Lebih dari 80 persen produksi jeruk Barito Kuala dikirim ke luar provinsi terutama Pulau Jawa.

Desa Karang Bunga dan beberapa desa di Kecamatan Mandastana adalah kawasan transmigrasi yang kini menjadi kawasan agropolitan jeruk berhasil. Selain jeruk, mayoritas warga merupakan petani sawah dan peternak sapi. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Deny Irwanto)