Selain Tiongkok, Aktivitas Pabrik Negara Asia Melemah

Aktivitas pabrik di Asia. Foto: Unsplash.

Selain Tiongkok, Aktivitas Pabrik Negara Asia Melemah

Arif Wicaksono • 1 April 2024 17:59

Tokyo: Aktivitas pabrik di banyak negara Asia melemah pada Maret meskipun terjadi pemulihan di Tiongkok. Negara-negara penghasil ekspor, Jepang dan Korea Selatan, mengalami penyusutan aktivitas manufaktur, demikian pula Taiwan, Malaysia, dan Vietnam yang menunjukkan lemahnya perekonomian kawasan.
 

baca juga:

Aktivitas Manufaktur Tiongkok Mulai Bangkit


Indeks manajer pembelian manufaktur global (PMI) Caixin/S&P Tiongkok naik menjadi 51,1 pada bulan Maret dari 50,9 pada bulan sebelumnya. Angka ini meningkat pada laju tercepat dalam 13 bulan dengan kepercayaan bisnis mencapai level tertinggi dalam 11 bulan. Temuan ini melengkapi survei resmi PMI yang dirilis pada hari Minggu, 31 Maret 2024, yang menunjukkan aktivitas pabrik Tiongkok meningkat untuk pertama kalinya dalam enam bulan.

Pemulihan yang terjadi di Tiongkok, yang sedang berjuang untuk mencapai kebangkitan ekonomi yang kuat yang sebagian disebabkan oleh krisis properti yang berkepanjangan, memberikan sedikit kelegaan bagi Beijing dan investor secara global.

Namun, pelemahan di wilayah lain di Asia menyoroti tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan di kawasan ini ketika mereka bergulat dengan tanda-tanda pemulihan permintaan global yang tidak merata dan ketidakpastian mengenai kapan Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan mulai menurunkan suku bunganya.

“Ekspor Tiongkok sedikit meningkat, tapi itu karena harga barang-barang mereka murah. Itu berarti negara-negara Asia lainnya harus bersaing dengan Tiongkok untuk mendapatkan permintaan yang tidak meningkat,” kata Kepala Ekonom Pasar Berkembang di Dai-ichi Life Research Institute Toru Nishihama, dilansir Channel News Asia, Senin, 1 April 2024.

Dia mengatakan tanpa adanya pendorong pertumbuhan global yang kokoh akan sangat sulit untuk memberikan prospek yang cerah bagi aktivitas manufaktur Asia. PMI final au Jibun Bank Jepang berada di angka 48,2 pada bulan Maret, level tertinggi sejak November dan pulih dari angka 47,2 pada Februari yang menandai laju kontraksi tercepat dalam lebih dari 3,5 tahun.

Namun aktivitas manufaktur mengalami kontraksi selama 10 bulan berturut-turut karena merosotnya pesanan ekspor baru, yang mencerminkan memburuknya sentimen di pasar-pasar utama seperti Tiongkok dan Amerika Utara.

Aktivitas manufaktur Korea Selatan juga melemah di Maret karena melambatnya permintaan dalam negeri mengimbangi kuatnya penjualan luar negeri dengan PMI turun menjadi 49,8 di Maret dari 50,7 di Februari.

PMI Taiwan turun menjadi 49,3 pada Maret dari 48,6 pada bulan Februari, sedangkan PMI Vietnam turun menjadi 49,9 dari 50,4, dan Malaysia turun menjadi 48,4 dari 49,5, menurut survei. Sebaliknya, aktivitas manufaktur meningkat pada bulan Maret di Filipina dan Indonesia.

Ekonomi Asia Tumbuh 4,5%

Dalam revisi perkiraan yang dikeluarkan pada bulan Januari, IMF memproyeksikan perekonomian Asia akan tumbuh sebesar 4,5 persen tahun ini, didorong oleh kuatnya permintaan AS dan dorongan dari langkah-langkah stimulus yang diharapkan di Tiongkok.

Namun dikatakan pemulihan akan berbeda antar negara, Jepang kemungkinan akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga 0,9 persen, berbeda dengan ekspektasi ekspansi sebesar 6,5 persen di India. IMF memperkirakan perekonomian Tiongkok akan tumbuh 4,6 persen tahun ini, melambat dari 5,2 persen pada 2023.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)