Menlu Sugiono berada di pertemuan Menteri G20 sela-sela SK Migas. Foto: UN Web TV
Fajar Nugraha • 25 September 2025 23:18
New York: Menteri Luar Negeri Sugiono menghadiri pertemuan Menlu G20 di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 25 September 2025 di New York. Perdamaian menjadi pendorong utama untuk mengatasi isu dunia saat ini, setidaknya itu menurut Menlu Sugiono.
“Di tengah ketidakpastian yang semakin meningkat, perubahan iklim semakin cepat, ketimpangan semakin melebar, kerawanan pangan dan energi mengancam mereka yang paling rentan serta ketegangan geopolitik terus mengganggu stabilitas dunia kita,” ujar Menlu Sugiono.
“Tantangan-tantangan yang saling terkait ini menciptakan konsekuensi berskala global, dan Indonesia percaya bahwa perdamaian adalah pendorong utama,” kata Menlu Sugiono.
“Jika kita menginginkan pembangunan berkelanjutan, jika kita menginginkan kerja sama yang sukses, karena tanpa perdamaian, agenda bersama kita menjadi mustahil,” Menlu menambahkan.
Menurut Menlu Sugiono, tidak ada negara yang dapat mengatasi tantangan ini sendirian. Kekuatan utama terletak pada kerja sama melalui dialog, kemitraan, dan kepercayaan. Bagi Menlu, ini menjadi alasan harus merevitalisasi multilateralisme dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai intinya.
Menjelang peringatan 80 tahun PBB, PBB perlu menjadi lebih kuat, lebih efektif, dan lebih inklusif serta mampu memberikan solusi yang nyata dan konkret. Untuk itu, dan untuk memberikan dukungan penuh kepada inisiatif-inisiatif Sekretaris Jenderal PBB yang menyerukan efisiensi yang lebih besar, penyampaian mandat yang lebih kuat, dan keselarasan yang lebih erat dengan SDGs, peran krusial yang harus dimainkan oleh G20 sangatlah penting. Pada saat yang sama, kita harus menyadari urgensi untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan.
SDGs membutuhkan USD4 triliun AS per tahun, dan ketiadaan inovasi dan reformasi hanya akan memperlebar kesenjangan tersebut.
“Kita membutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang baru dan inovatif. Bank-bank pembangunan multilateral harus direformasi untuk melayani kebutuhan negara-negara berkembang,” ucap Menlu Sugiono.
Ketimpangan juga menjadi isu menjadi perhatian Menlu Sugiono. Menurutnya, ketimpangan bukan hanya kegagalan moral, tetapi juga merupakan pendorong ketidakstabilan, konflik, dan kekecewaan. Dan mengurangi ketimpangan adalah jalan paling pasti menuju perdamaian dan kemakmuran.
“Hal ini harus menjadi inti agenda kolektif kita. Dan kita harus memutuskan, apakah kita membiarkan fragmentasi semakin dalam, atau kita bekerja sama untuk membangun kembali kepercayaan pada multilateralisme. Mari kita membangun tatanan global yang adil, inklusif, dan berkelanjutan,” pungkas Menlu Sugiono.