Kecelakaan pesawat maskapai Jeju Air terjadi di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, 29 Desember 2024. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 27 January 2025 07:05
Seoul: Pihak berwenang Korea Selatan yang menyelidiki kecelakaan pesawat Jeju Air bulan lalu telah menyerahkan laporan awal kecelakaan kepada badan penerbangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kepada pihak berwenang Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Thailand, kata seorang pejabat pada Senin, 27 Januari 2025.
Penyelidikan terhadap bencana udara paling mematikan di negara itu masih berlangsung, kata laporan tersebut, dan difokuskan pada peran "tabrakan burung" dan melibatkan analisis mesin serta struktur panduan pendaratan "localiser.”
"Aktivitas investigasi menyeluruh ini bertujuan untuk menentukan penyebab kecelakaan yang akurat," katanya, dikutip dari The Straits Times.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) mengharuskan penyelidik kecelakaan untuk membuat laporan awal dalam waktu 30 hari sejak kecelakaan dan mendorong laporan akhir untuk dipublikasikan dalam waktu 12 bulan.
Pesawat Jet Boeing 737-800, yang berangkat dari Bangkok dan tiba di Bandara Internasional Muan, melewati landasan pacu saat melakukan pendaratan darurat dan menabrak struktur localiser, menewaskan semua kecuali dua dari 181 orang dan awak pesawat pada 29 Desember.
Localiser membantu navigasi pesawat yang melakukan pendekatan ke landasan pacu, dan struktur yang dibangun dari beton bertulang dan tanah di bandara Muan yang menopang antena sistem kemungkinan menjadi penyebab bencana, kata para ahli.
Laporan tersebut menyoroti banyak temuan awal oleh para penyelidik Korea Selatan yang dibagikan kepada keluarga korban kecelakaan Jeju Air pada 25 Januari, termasuk pilot yang membahas sekawanan burung yang mereka lihat pada pendekatan terakhir pesawat.
Waktu pasti tabrakan burung yang dilaporkan pilot masih belum dikonfirmasi, kata laporan kecelakaan, tetapi pesawat "membuat pernyataan darurat (Mayday x 3) untuk tabrakan burung selama go-around."
"Kedua mesin diperiksa, dan bulu serta noda darah burung ditemukan di masing-masing mesin," katanya.
“Setelah menabrak tanggul, terjadi kebakaran dan ledakan parsial. Kedua mesin terkubur di gundukan tanah tanggul, dan badan pesawat bagian depan terpencar hingga 30-200 meter dari tanggul.”
Laporan tersebut tidak menyebutkan apa yang mungkin menyebabkan kedua perekam data berhenti merekam secara bersamaan tepat sebelum pilot mengumumkan mayday. Pesawat berada pada ketinggian 152 meter dengan kecepatan 298 km/jam saat kotak hitam berhenti merekam, ujarnya.
Baca juga: Usai Kecelakaan Maut, Korsel Singkirkan Tembok Betok di Dekat Landasan