Tenaga Ahli Menteri ESDM: Transisi Energi Harus Bertahap

Tenaga Ahli Menteri ESDM, Satya Hangga Yudha. Foto: Dok pribadi

Tenaga Ahli Menteri ESDM: Transisi Energi Harus Bertahap

Wandi Yusuf • 29 January 2025 09:32

Jakarta: Tenaga Ahli Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Satya Hangga Yudha, optimistis Indonesia mampu mencapai transisi energi yang berkelanjutan. Hingga nantinya memenuhi target emisi karbon yang ditetapkan.

Namun, menurut Hangga, proses transisi ini akan dilakukan berdasarkan batas kemampuan nasional dan merujuk pada standar yang diterapkan negara-negara maju. Transisi energi harus bertahap. 

"Kita akan beralih ke energi baru terbarukan (EBT), tetapi hingga saat ini batu bara masih menjadi sumber energi yang kompetitif dan murah. Maka, agar kita konsisten menurunkan emisi karbon di PLTU batu bara, maka perlu dilakukan co-firing dengan biomassa. Ke depan bisa juga menggunakan teknologi CCS dan CCUS (teknologi menangkap CO2),” kata Hangga melalui keterangan tertulis yang diterima, Rabu, 29 Januari 2025.

Terkait tugasnya sebagai Tenaga Ahli Menteri ESDM, Hangga menyatakan amanah tersebut dalam kapasitas membantu menteri dan wakil menteri ESDM dalam menjalankan tugas-tugasnya yang selaras dengan visi dan misi presiden dan wakil presiden. Dahal hal ini Asta Cita poin 2 dan 5 tentang swasembada energi dan hilirisasi.

"Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, Indonesia akan mengembangkan energi baru terbarukan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil," kata Tenaga Ahli dalam Bidang Komersialisasi dan Transportasi Minyak dan Gas Bumi ini.

"Dari sekarang hingga 2040, lebih dari 100 GW kapasitas energi akan dibangun. Sebanyak 75% akan berasal dari energi terbarukan, 5 GW dari nuklir, dan 20 GW dari gas," kata mantan Analis Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi di SKK Migas itu.
 

Baca: 

Genjot Produksi BBM, Pemerintah Tahan Ekspor Minyak Mentah


Hangga berharap Keppres Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional yang dipimpin langsung Menteri ESDM bisa meningkatkan investasi, hilirisasi, dan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan nilai tambah pada komoditas Indonesia.

"Indonesia harus bisa beralih dari bahan bakar fosil ke EBT untuk mencapai Paris Agreement tahun 2030 dan juga NZE di tahun 2060. Coal phase down menjadi penting namun harus ada solusi," kata dia.

Alumnus Michigan State University dan New York University ini mengatakan PLTU akan dipensiunkan tetapi harus ada penggantinya. Sumber energi yang bisa menjadi base load, yang murah, dan dapat diakses oleh masyarakat baik itu co-firing dengan biomassa, gas, maupun EBT.

"Menteri ESDM sudah mengeluarkan Kepmen B40 dan kami berharap kepmen tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Tahun depan targetnya akan meningkat ke B50 dan seterusnya sampai B100," ujar dia. 
 

Tata kelola migas

Terkait tata kelola migas dari segi transportasi FAME, lanjut Hangga, juga penting dan harus ada perusahaan yang bisa diandalkan untuk mengangkut FAME.

"Untuk subsidi BBM, listrik, dan LPG harus tepat sasaran dan skemanya akan disampaikan oleh Presiden dan Menteri ESDM," ujar dia.

Menurut Hangga, pihaknya juga berkoordinasi dengan Komisi XII DPR dan DEN dalam penyusunan Kebijakan Energi Nasional yang selaras dengan visi dan misi presiden dan wakil presiden. 

"Turunan dari KEN ada RUKN yang saat ini sedang dibahas dan RUPTL di sisi kanan. Di sisi kiri ada RUEN dan juga RUED," jelas dia.

Hangga melanjutkan, di Kementerian ESDM juga sedang membahas RUU Minerba, Migas, dan EBT.

"Juga mengaktifkan sumur idle dan menggunakan teknologi IOR/EOR agar dapat meningkatkan lifting migas menjadi salah satu program prioritas," ujar mantan Senior Analyst Gas Market Research pada PT Pertamina International Shipping ini.

"Kami berharap ini bisa menjadi landasan hukum yang baik untuk semua pemangku kepentingan," kata dia.
 

Peran Anak Muda

Hangga juga menyoroti peran penting generasi muda dalam pengembangan sektor energi terbarukan di Indonesia. Menurut dia, partisipasi generasi milenial dan Gen Z terus meningkat. Mereka memiliki potensi besar untuk membawa perubahan signifikan dalam kebijakan energi di masa depan.

"Generasi muda akan menjadi pemangku kebijakan di masa depan. Namun, salah satu tantangan terbesar mereka adalah kedisiplinan, terutama di era media sosial di mana tekanan untuk meraih sesuatu dengan cepat sangat tinggi," ujar dia.

Hangga menekankan disiplin adalah kunci sukses, baik dalam pengembangan diri maupun membangun karier. 

“Kita harus fokus pada cara bekerja, memperluas wawasan, membangun jaringan, menjaga kesehatan dengan tidur cukup, berolahraga, dan dikelilingi oleh lingkungan yang mendukung kemajuan kita," kata Vice Chairman for Energy Policy, Youth Energy & Environment Council (YeC) itu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Wandi Yusuf)