Biaya Bengkak Jadi Ratusan Triliun, Ini Rincian Utang Kereta Cepat Whoosh

Ilustrasi. Foto: dok Istimewa.

Biaya Bengkak Jadi Ratusan Triliun, Ini Rincian Utang Kereta Cepat Whoosh

Husen Miftahudin • 24 October 2025 14:10

Jakarta: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh telah beroperasi penuh sejak 2 Oktober 2023, namun sorotan kini beralih pada rincian pembiayaan dan total utangnya. Proyek strategis nasional (PSN) ini diketahui menelan biaya yang jauh lebih besar dari rencana awal, dengan mayoritas pendanaan berasal dari pinjaman luar negeri.

Berdasarkan laporan keuangan audit RSM pada 2022, total biaya proyek Whoosh tercatat membengkak menjadi USD7,26 miliar. Angka ini setara dengan Rp119,79 triliun (asumsi kurs Rp16.500 per USD), yang sudah mencakup pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar USD1,21 miliar atau Rp19,96 triliun.
 

Skema pembiayaan dan kepemilikan


Proyek KCJB ini didanai melalui skema bisnis-ke-bisnis (B2B) yang melibatkan konsorsium dari Indonesia dan Tiongkok. Struktur pembiayaannya diatur dengan komposisi 75 persen berasal dari utang pinjaman dan 25 persen sisanya berasal dari ekuitas para pemegang saham.

Pemberi pinjaman utama untuk proyek ini adalah China Development Bank (CDB). PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) selaku operator, 60 persen sahamnya dipegang oleh konsorsium BUMN Indonesia, yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

Sementara itu, 40 persen sisa sahamnya dimiliki oleh konsorsium Tiongkok, Beijing Yawan HSR Co. Ltd. Konsorsium PSBI sendiri terdiri dari empat BUMN, yaitu PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI (58,53 persen), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (33,36 persen), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (7,08 persen), dan PT Perkebunan Nusantara I (1,03 persen).
 
Baca juga: Danantara Masih Lobi Tiongkok Demi Restrukturisasi Utang KCIC

Rincian pinjaman awal proyek


Sesuai skema 75:25, beban utang dari investasi awal USD6,05 miliar ditanggung secara proporsional oleh kedua konsorsium. Laporan dari AidData, lembaga transparansi bantuan global, merinci dua fasilitas pinjaman awal yang diberikan CDB tanpa jaminan negara (sovereign guarantee).

Fasilitas pinjaman pertama senilai USD2,74 miliar diberikan dalam denominasi dolar AS, yang merepresentasikan porsi utang 75 persen konsorsium Indonesia (PSBI). Pinjaman ini memiliki tenor 40 tahun dengan masa tenggang 10 tahun dan suku bunga relatif rendah, yakni dua persen.

Fasilitas pinjaman kedua senilai USD1,83 miliar diberikan dalam denominasi RMB (Yuan) untuk porsi konsorsium Tiongkok. Pinjaman ini juga bertenor 40 tahun dengan masa tenggang 10 tahun, namun dengan suku bunga yang berbeda, yaitu 3,46 persen.


(Ilustrasi beban utang. Foto: Pixabay)
 

Utang tambahan akibat cost overrun


Pembengkakan biaya sebesar USD1,21 miliar juga dibiayai dengan skema serupa, yakni 75 persen utang dan 25 persen ekuitas. Porsi 25 persen ekuitas untuk PSBI dipenuhi melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) dari APBN, sementara 75 persen sisanya ditalangi utang baru dari CDB.

Merujuk laporan keuangan PT KAI per 30 Juni 2025, PSBI menandatangani perjanjian pinjaman cost overrun pada 31 Januari 2024 senilai total USD542,7 juta. Pinjaman tambahan ini terbagi menjadi Fasilitas A sebesar USD325,62 juta (bunga 3,3 persen) dan Fasilitas B sebesar USD217,08 juta dalam RMB (bunga 3,2 persen per tahun).

Dengan menggabungkan pinjaman awal dan pinjaman cost overrun, total utang yang ditanggung konsorsium BUMN (PSBI) mencapai USD3,26 miliar. Nilai utang jumbo ini setara dengan Rp54 triliun, yang menghasilkan estimasi beban bunga tahunan sekitar USD74,5 juta atau Rp1,2 triliun.

Laporan keuangan PT KAI per Juni 2025 menunjukkan total kewajiban (liabilities) PSBI tercatat sebesar Rp18,93 triliun dari total aset Rp27,39 triliun. Meskipun PSBI masih mencatatkan kerugian Rp1,62 triliun, angka ini menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan kerugian akhir 2024 yang mencapai Rp4,19 triliun. (Daffa Yazid Fadhlan)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)