Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 8 April 2025 17:33
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa tarif timbal balik yang dirancang pemerintahannya akan tetap diberlakukan sesuai jadwal tanpa ada penundaan untuk negosiasi lebih lanjut. Kebijakan ini dipastikan akan mulai berlaku pada Rabu 9 April 2025, meskipun mendapat reaksi keras dari sejumlah negara mitra dagang AS.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Trump menegaskan bahwa kebijakan tarif yang telah ditetapkan tidak akan ditunda. Pernyataan ini disampaikan saat seorang jurnalis bertanya apakah pemerintah AS terbuka untuk menunda penerapan tarif demi membuka ruang negosiasi.
“Kami sedang membuat kemajuan luar biasa dengan banyak negara,” kata Trump.
“Negara-negara yang dulu mengambil keuntungan dari AS sekarang mulai meminta negosiasi karena mereka mulai terpukul,” tambah Trump, seperti dikutip dari KBS World, Selasa 8 April 2025.
Selain mempertahankan kebijakan tarif yang telah dirancang, Trump juga mengancam akan menerapkan tambahan pajak impor sebesar 50% untuk barang-barang asal Tiongkok jika Beijing tidak mencabut tarif balasan sebesar 34% yang telah diberlakukan terhadap produk AS.
Ketika ditanya apakah tarif terhadap mitra dagang AS bersifat permanen atau masih bisa dinegosiasikan, Trump memberikan jawaban ambigu.
“Keduanya bisa benar,” ujar Trump.
“Beberapa tarif bisa bersifat permanen, sementara yang lain masih bisa dinegosiasikan. Ada hal-hal yang kita butuhkan di luar tarif, dan kami akan memastikan AS mendapatkan kesepakatan yang adil dengan setiap negara,” ujar Trump.
Kebijakan tarif AS yang lebih agresif ini telah memicu gejolak dalam perdagangan global, dengan berbagai negara mulai mengkaji ulang hubungan dagangnya dengan Washington. Sejumlah analis memperingatkan bahwa perang tarif yang berlarut-larut dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global dan menciptakan ketidakpastian bagi dunia usaha.
Sementara itu, negara-negara mitra dagang AS termasuk Uni Eropa dan Tiongkok diketahui tengah mempertimbangkan langkah balasan guna melindungi kepentingan ekonominya masing-masing.
Langkah Trump yang menolak kompromi dalam kebijakan tarif ini menunjukkan bahwa pemerintah AS tetap berpegang teguh pada strategi proteksionisme ekonomi, yang selama ini menjadi salah satu pilar utama dalam kebijakan dagang presiden tersebut.
(Muhammad Reyhansyah)