Blok Cepu Jadi Tulang Punggung Produksi Minyak Nasional

Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu. Foto: dok Kementerian ESDM.

Blok Cepu Jadi Tulang Punggung Produksi Minyak Nasional

Insi Nantika Jelita • 27 June 2025 14:00

Jakarta: Blok Cepu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan Pertamina dinilai memiliki posisi strategis sebagai tulang punggung produksi minyak nasional.

Dengan peningkatan kapasitas produksi sebesar 30 ribu barel per hari dari Lapangan Banyu Urip, total produksi minyak Blok Cepu kini mencapai 180 ribu barel per hari, naik dari sebelumnya 150 ribu barel. Angka ini sekitar 25 persen dari total lifting minyak nasional.

Peningkatan produksi ini merupakan hasil dari proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) yang dijalankan EMCL. Proyek ini dirancang untuk menahan laju penurunan alamiah produksi minyak (natural decline). 

"Dengan peningkatan produksi minyak menjadi 180 ribu barel per hari, setara 25 persen dari total lifting nasional," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam video conference Peresmian Peningkatan Produksi Minyak Lapangan Banyu Urip, dikutip Jumat, 27 Juni 2025.

Bhalil menyampaikan peningkatan produksi 30 ribu barel per hari ini dikerjakan dalam waktu hanya delapan bulan, lebih cepat 10 bulan dari jadwal yang direncanakan. Ia pun menegaskan langkah ini merupakan tindak lanjut langsung atas arahan Presiden Prabowo Subianto, yang sejak hari keenam menjabat telah meminta percepatan dalam proyek-proyek energi nasional.

Lebih lanjut, Bahlil menyebut peningkatan produksi minyak nasional merupakan bagian dari langkah strategis menuju swasembada energi pada 2029-2030. "Langkah ini atas arahan Presiden untuk urusan energi. Kita harus masuk pada swasembada dengan target lifting kita harus 900 ribu sampai satu juta barel," kata Politikus Partai Golkar itu.

Bahlil menjelaskan total investasi Blok Cepu mencapai USD4 miliar atau senilai Rp64,83 triliun (kurs Rp16.209). Hingga kini, blok tersebut memberikan kontribusi lebih dari USD35 miliar atau sebesar Rp567,31 triliun bagi pendapatan negara.

Selain mendukung penerimaan negara, proyek ini juga meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) bagi Kabupaten Bojonegoro dan Provinsi Jawa Timur. Bahlil juga menyinggung 99 persen tenaga kerja dalam proyek BUIC adalah putra-putri Indonesia, sebagai bukti nyata kemandirian sumber daya manusia nasional di sektor energi.
 

Baca juga: Kebut Swasembada Energi, Prabowo Resmikan 55 Pembangkit Listrik EBT
 

Optimalisasi potensi yang ada


Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto juga menegaskan kontribusi Blok Cepu sangat krusial dalam upaya mencapai target lifting migas nasional. Untuk itu, pihaknya terus mendorong optimalisasi potensi yang ada. 

Selain Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu masih memiliki prospek pengembangan dari Lapangan Kedung Keris West, yang diperkirakan mampu menyumbang tambahan produksi sekitar 15 ribu  barel per hari. Lokasi lapangan ini berjarak sekitar 16 km dari fasilitas utama Banyu Urip dan dinilai memiliki potensi sumur tambahan yang menjanjikan.

"Kami akan segera kembangkan Lapangan Kedung Keris West untuk pengeboran kembali," ucap Djoko. 

Saat ini, Lapangan West Kedung Keris tengah mengalami penghentian produksi (shutdown) sementara akibat pergerakan tanah. Meski begitu, SKK Migas bersama KKKS menyiapkan rencana jangka menengah hingga 2027 untuk mengembangkan kembali lapangan ini, seiring upaya menjaga stabilitas dan keberlanjutan produksi migas nasional.


(Ilustrasi. Foto: dok ICDX)
 

Jadi tambahan berarti


Dihubungi terpisah, pengamat ekonomi energi dari Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti berpendapat peningkatan produksi sebesar 30 ribu barel per hari dari Lapangan Banyu Urip merupakan langkah positif yang menunjukkan adanya progres signifikan.

"Mudah-mudahan jika kontribusi Blok Cepu mencapai 25 persen dari kapasitas nasional, ini bisa menjadi tambahan yang berarti," ujarnya.

Di satu sisi, Yayan juga mendorong adanya peningkatan produksi minyak. Pasalnya, konsumsi minyak Indonesia saat ini mencapai sekitar 1,3 juta barel per hari, sementara target lifting minyak dalam APBN 2025 ditetapkan sebesar 605 ribu barel per hari.

Artinya, masih ada pekerjaan rumah untuk mengejar ketertinggalan antara kebutuhan dan produksi nasional. "Dengan capaian produksi Blok Cepu sebesar 180 ribu barel per hari, kita berharap target lifting nasional bisa tercapai," tutur dia.

Yayan lalu menyoroti pentingnya langkah pemerintah dalam mendorong peningkatan produksi, salah satunya melalui deregulasi berbagai aturan yang selama ini menjadi hambatan investasi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)