Kepala (BMKG) Dwikorita Karnawati membuka Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik Tahun 2025 di Balai Kalurahan Pilangrejo, Nglipar, Gunungkidul. Dokumentasi/ Humas Pemkab Gunungkidul
Ahmad Mustaqim • 22 September 2025 17:04
Gunungkidul: Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati membuka Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik Tahun 2025 di Balai Kalurahan Pilangrejo, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya kesiapan petani menghadapi fenomena cuaca ekstrem.
"Cuaca ekstrem sebenarnya bisa diprediksi sebelumnya. Petani perlu terbiasa membaca informasi cuaca, bahkan cukup lewat gawai, untuk menyesuaikan pola tanam," kata Dwikorita dalam kegiatan yang mengusung tema 'Implementasi Program Unggulan GNPI melalui Sinergi Pertanian Berkelanjutan: Paham Iklim, Petani Tangguh' tersebut, Senin, 22 September 2025.
Menurutnya intensitas cuaca ekstrem, baik basah maupun kering, semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ia mengungkapkan, kemampuan petani dalam memahami iklim akan berkontribusi pada keberhasilan swasembada pangan dan pengendalian inflasi.
"Dengan cara ini, kerusakan tanaman dapat diminimalisir, hasil panen lebih optimal, dan ketahanan pangan semakin kuat," kata mantan Rektor Universitas Gadjah (UGM) Yogyakarta ini.
Sekolah Lapang Iklim tersebut diikuti 60 orang, terdiri atas 47 petani hortikultura, 5 PPL/POPT, serta 8 perwakilan dari Kalurahan Kedungpoh. Mereka berasal dari berbagai kelompok tani dan kelompok wanita tani di wilayah Kapanewon Nglipar.
Selain itu, kegiatan juga menyasar penyuluh pertanian lapangan (PPL) serta pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT). Informasi cuaca serta pengenalan alat ukur cuaca dan iklim jadi penekanan kerja-kerja petani saat ini.
Wakil Bupati Gunungkidul, Joko, menegaskan pertanian menjadi tulang punggung perekonomian di daerah, namun rentan terhadap perubahan iklim. Oleh sebab itu, kegiatan SLI tersebut dinilai sangat penting untuk memperkuat kemampuan adaptasi petani.
"Kami harapkan para petani tidak hanya memahami teori, tetapi juga langsung mempraktikkan bagaimana menganalisis dan menerapkan informasi iklim dalam usaha tani," ujar Joko.