Pabrik TDMB diharapkan mampu memproduksi sendiri detonator low explosive yang digunakan untuk kebutuhan industri. Foto: Istimewa.
Samarinda: PT Trifita Deto Muara Badak (TDMB) yang berlokasi di Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur mampu memproduksi sendiri detonator low explosive yang digunakan untuk kebutuhan industri.
Pabrik ini diharapkan bisa menekan kebutuhan bahan baku detonator ini sebagian masih impor dari beberapa negara diantara Australia, India dan Kanada, namun untuk bahan penunjang sudah menggunakan bahan baku lokal yang tentunya ke depan akan semakin ditingkatkan kandungan lokalnya.
Presiden Direktur TDMB yang juga sebagai Direktur Utama PT Trifita Perkasa selaku induk dari TDMB, Hery Kusnanto, menegaskan dengan menggunakan bangunan yang ada, pabrik ini akan dapat ditingkatkan produksinya mencapai 6 Juta buah detonator per tahun.
"Sehingga dapat menutupi sebagian besar kebutuhan dalam negeri yang dikonsumsi oleh perusahaan pertambangan seperti PT Freeport Indonesia, PT Aman Mineral, PT Indonesia Tambang Megah, Group serta tambang batu bara lainnya," tegas dia dikutip Sabtu, 15 Februari 2025.
Selama ini kebutuhan nasional, sebagian besar tergantung pada impor dari Australia, Tiongkok, Korea Selatan dan Filipina, dengan adanya TDMB ini tentu akan mengurangi impor dan kedepannya diharapkan impor detonator jenis non-elektrik dan elektronik ini tidak diperlukan lagi.
Dia mengatakan mendapat dukungan teknologi dari Orica, sebuah Perusahaan yang berpusat di Melbourne, Australia dan merupakan produsen bahan peledak dengan teknologi terkemuka di dunia, yang telah beroperasi lebih dari 150 tahun sehingga hasil produksi TDMB terjamin kualitasnya.
Sebagai mitra strategis PT Trifita Perkasa, Country Director Orica untuk Indonesia, James Tiedgen, menegaskan komitmen untuk memajukan industri pertambangan Indonesia melalui kerja samanya dalam TDMB.
“Kemitraan yang telah kami jalin dengan PT Tridita Perkasa menegaskan komitmen Orica terhadap industri sumber daya alam di Indonesia, di mana Orica selalu mengutamakan kualitas dan keselamatan," tegas dia. ”
Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Marsekal Pertama Dedy Laksmono menyataka sangat senang dan bahagia dengan berdirinya pabrik Detonator TDMB ini.
"Diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lokal dan meningkatkan perekonomian daerah, selain itu produksi TDMB ini juga untuk mendukung industri pertambangan yang menjadi salah satu tulang punggung pendapatan Indonesia.” tegas dia. Pada tahap pertama, TDMB memiliki kapasitas produksi hingga dari 4,1 Juta detonator per tahun yang terbagi untuk 3 juta buah dengan jenis detonator non-elektrik dan sisanya dengan jenis detonator elektronik.
Serap tenaga kerja lokal
TDMB memiliki 130 karyawan yang mayoritas berasal dari warga lokal, yaitu Samarinda, Bontang hingga Balikpapan. Selain itu juga, TDMB juga berkerjama sama dengan usaha-usaha lokal dalam hal penyedia jasa seperti catering, gardening dan transportasi. Adanya kegiatan di TDMB tentu memunculkan rumah-rumah kost, penjualan makanan minuman disekitar lokasi TDMB, dan juga meningkatkan kebutuhan angkutan truk di seputar Kalimantan Timur.
"Hal ini tentu membuat terjadi perputaran perekonomian yang diharapkan menjadi berkah untuk semua pihak seperti masyarakat Kukar, Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur dan tentunya juga industri pertambangan dan berharap keberadaan TDMB ini bisa dirasakan sebagai milik bersama," demikian kata Hery Kusnanto.
TDMB adalah anak perusahaan dari PT Trifita Perkasa yang sudah berdiri sejak 2000 yang bergerak dalam bidang jasa pengadaan dan distribusi bahan peledak (handak) komersil untuk kegiatan pertambangan seperti tambang mineral (emas dan tembaga), batu bara, nikel dan batuan lainnya serta kegiatan konstruksi yang membutuhkan. Sejak akhir Oktober lalu TDMB resmi berpoduksi. Selama 3 bulan beroperasi TDMB telah memproduksi lebih dari 700 ribu Detonator dan setengahnya langsung terserap dibeli oleh industri pertambangan di Kalimantan.
Dipilihnya Muara Badak sebagai lokasi pabrik TDMB selain untuk keamanan karena tidak padat penduduk, juga bertujuan untuk memudahkan pendistribusian hasil produksi kepada pengguna akhir yaitu industri pertambangan. Sebagian besar pertambangan yang berada di Kalimantan, NTB, Sulawesi hingga ke Papua yang membutuhkan detonator untuk kegiatan peledakan dalam proses produksinya.