Lukman Diah Sari • 2 November 2025 18:44
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap hingga akhir Oktober 2025 sebanyak 43,8 persen wilayah Indonesia atau 306 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim hujan. Peralihan musim ini disertai peningkatan potensi hujan intensitas tinggi, angin kencang, petir, hingga ancaman siklon tropis di wilayah selatan Indonesia.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkap dalam sepekan terakhir, sejumlah daerah tercatat diguyur hujan sangat lebat, di antaranya:
- Tampa Padang (Sulawesi Barat) dengan 152 mm/hari
- Torea (Papua Barat) 135,7 mm/hari
- Naha (Sulawesi Utara) 105,8 mm/hari
"Selama periode 26 Oktober–1 November, terdapat 45 kejadian bencana hidrometeorologi akibat
cuaca ekstrem, didominasi banjir, longsor, dan kerusakan bangunan," ungkap Dwikorita dalam siaran pers diterima pada Minggu, 2 November 2025.
Dwikorita menjelaskan, dinamika atmosfer aktif akibat pengaruh MJO, gelombang Rossby dan Kelvin, serta anomali suhu muka laut positif berkontribusi pada peningkatan pembentukan awan hujan. Potensi siklon tropis dari arah Samudra Hindia juga perlu diwaspadai.
“Siklon tropis yang berkembang dapat memicu peningkatan curah hujan drastis dan banjir besar di wilayah pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara,” jelasnya.
Meski awal La Niña lemah mulai terdeteksi sejak September, BMKG menilai dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap intensitas hujan di Indonesia. Curah hujan pada November 2025 hingga Februari 2026 diprediksi tetap berada pada kategori normal.
“Kita sedang memasuki periode transisi menuju puncak musim hujan. Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir,” ujar Dwikorita.
Menurut BMKG, curah hujan tinggi berpotensi terjadi di sejumlah wilayah meliputi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.
Sebagai langkah antisipasi, BMKG bersama BNPB telah menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Jawa Tengah dan Jawa Barat untuk menekan intensitas hujan. Di Jawa Tengah, operasi yang berlangsung sejak 25 Oktober–3 November menurunkan curah hujan hingga 43,26 persen, sementara di Jawa Barat 31,54 persen.
Dwikorita mengimbau masyarakat tetap siaga terhadap perubahan cuaca mendadak, terutama di daerah rawan banjir bandang dan longsor. Ia juga meminta warga menghindari area terbuka saat terjadi hujan lebat disertai petir.
“Jika dimitigasi dengan baik, puncak musim hujan yang lebih panjang ini justru bisa bermanfaat bagi sektor pertanian dan ketahanan pangan,” katanya.