Tiga Orang Tewas Akibat Serangan AS ke Kapal Narkoba Venezeula

Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: Anadolu

Tiga Orang Tewas Akibat Serangan AS ke Kapal Narkoba Venezeula

Muhammad Reyhansyah • 16 September 2025 14:48

Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa militer AS telah melakukan serangan kedua terhadap sebuah kapal asal Venezuela yang diduga membawa narkotika. Serangan ini menewaskan tiga orang di dalamnya.

Serangan ini berlangsung dua minggu setelah kapal cepat Venezuela sebelumnya diserang karena diduga terlibat dalam perdagangan narkoba. Trump menyebut langkah tersebut perlu untuk membatasi masuknya narkotika ke Amerika Serikat.

Dalam unggahan daring, ia menegaskan bahwa kartel narkoba merupakan ancaman bagi keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan kepentingan vital Amerika Serikat.

Trump juga menambahkan, meski tidak ada pasukan Amerika Serikat yang terluka, aktivitas kartel telah menimbulkan dampak serius bagi masyarakat Amerika selama puluhan tahun dan menewaskan jutaan warganya.

Amerika Serikat menuding serangan pertama ditujukan pada individu terkait Tren de Aragua, sindikat narkoba internasional yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Departemen Luar Negeri. Namun, belum ada kepastian apakah serangan kedua juga menargetkan kelompok tersebut. Sejumlah anggota Kongres menyoroti minimnya bukti keterlibatan organisasi itu dengan kapal sasaran, serta mengkritik meluasnya penggunaan wewenang eksekutif.

Pemerintah telah mengerahkan aparat penegak hukum, baik dalam negeri maupun internasional, untuk melawan Tren de Aragua. Pada Maret lalu, pemerintah menggunakan sebagian Undang-Undang Musuh Asing (ACA) dengan alasan kartel tersebut menyusup ke Amerika Serikat dan melakukan aksi ilegal yang dianggap sebagai perang terhadap negara. Namun, pengadilan federal menilai penggunaan ACA untuk mendeportasi warga Venezuela sebagai langkah yang keliru.

Selain itu, pemerintah Amerika Serikat menuduh Tren de Aragua bekerja sama dengan Cártel de los Soles yang disebut berada di bawah kendali Presiden Venezuela Nicolás Maduro. Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan sejumlah pemimpin dunia menolak mengakui kepemimpinan Maduro, menyebutnya tidak sah. Departemen Luar Negeri bahkan menawarkan hadiah hingga 50 juta dolar bagi pihak yang dapat memberikan informasi yang mengarah pada penangkapannya.

Maduro mengecam serangan Amerika Serikat sebagai “kejahatan keji” dan “agresi militer terhadap warga sipil yang tidak berperang maupun mengancam negara lain.” Ia juga menuduh retorika anti narkoba Trump sekadar dalih untuk mendorong pergantian rezim demi kepentingan minyak di Venezuela.

Serangan kapal ini berlangsung di tengah kebijakan imigrasi Amerika Serikat yang dipercepat serta sejumlah gugatan hukum. Pada Agustus, hakim federal membatalkan pencabutan Status Perlindungan Sementara bagi migran Venezuela dan menghentikan tuntutan pidana penghinaan terhadap pejabat federal yang diduga terlibat penculikan anggota Tren de Aragua.

(Muhammad Fauzan)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)