Asap mengepul di Nagorno-Karabakh di tengah ketegangan antara Azerbaijan dan Armenia, 20 September 2023. (AP/ Defense Ministry of Azerbaijan)
Willy Haryono • 20 September 2023 16:40
New York: Azerbaijan telah menggelar operasi "anti-teroris" di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh yang ditujukan kepada etnis Armenia. Operasi dilakukan terkait kematian enam orang yang disebut Azerbaijan diakibatkan ranjau darat yang dipasang Armenia.
Merespons hal tersebut, Prancis mendesak agar Dewan Keamanan PBB segera menggelar sidang menyusul langkah terbaru Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. Senada dengan hal tersebut, Uni Eropa juga meminta agar Azerbaijan segera menghentikan operasi tersebut.
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan bahwa tidak ada alasan yang dapat membenarkan operasi militer yang dilancarkan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.
"Pecahnya pertempuran mengancam ribuan warga sipil yang terkena dampak blokade ilegal selama sebulan dan bertentangan dengan upaya komunitas internasional untuk mencapai penyelesaian yang dinegosiasikan," kata Kementerian tersebut, dilansir dari DW, Selasa, 19 September 2023.
Paris mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan mitra-mitranya untuk mempersiapkan “respon kuat” terhadap "serangan yang tidak dapat diterima ini."
“Berita buruk datang dari bekas Nagorno-Karabakh hari ini,” kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel melalui media sosial.
Dia menyerukan untuk mengizinkan "dialog sejati antara warga Armenia Baku dan Karabakh."
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell juga mengatakan blok tersebut mengutuk eskalasi militer dan menyesalkan hilangnya nyawa.
“Eskalasi militer ini tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk memaksa eksodus penduduk lokal,” kata Borrell.
“Kekerasan perlu dihentikan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perundingan perdamaian dan normalisasi,” pungkasnya.
Baca juga: Armenia Desak Pasukan Rusia Hentikan Agresi Azerbaijan di Nagorno-Karabakh