Kelelawar diduga menjadi penyebab virus Nipah. Foto: Associated Press
New Delhi: India tengah dilanda virus Nipah. Diketahui, virus ini belum memiliki vaksin dan gejalanya meliputi demam hebat dan infeksi pernafasan, namun dalam kasus yang parah dapat menyebabkan peradangan otak dan kematian.
India telah membatasi pertemuan publik dan menutup beberapa sekolah di negara bagian Kerala di bagian selatan setelah dua orang meninggal karena Nipah. Menurut pihak pejabat India, virus berasal dari kelelawar atau babi yang menyebabkan demam mematikan.
“Virus ini belum memiliki vaksin dan tingkat kematiannya berkisar antara 40 hingga 75 persen,” menurut Organisasi Kesehatan Dunia, seperti dikutip TRT, Kamis 14 September 2023.
Gejalanya meliputi demam hebat, muntah-muntah, dan infeksi saluran pernapasan, namun kasus yang parah dapat menyebabkan kejang dan ensefalitis, peradangan otak, dan mengakibatkan koma.
Sebanyak tiga orang lainnya dinyatakan positif, dan lebih dari 700 orang, termasuk 153 petugas kesehatan yang melakukan kontak dengan mereka yang terinfeksi sedang dalam pengawasan.
Setidaknya empat orang telah dirawat di rumah sakit, termasuk anak berusia sembilan tahun dari salah satu korban.
“Awalnya ditularkan dari hewan seperti kelelawar atau babi, Nipah juga menyebar dari orang ke orang,” kata WHO.
“Masa inkubasi –,waktu dari infeksi hingga timbulnya gejala,– berkisar antara empat hingga 14 hari, namun dilaporkan mencapai 45 hari,” menurut WHO.
Pada 2018, setidaknya 17 orang meninggal setelah tertular virus tersebut di Kerala.
Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1998 setelah menyebar di kalangan peternak babi di Malaysia. Di India, wabah Nipah pertama kali dilaporkan di negara bagian Benggala Barat pada tahun 2001.
WHO mencantumkan Nipah sebagai salah satu penyakit prioritas yang menimbulkan “risiko kesehatan masyarakat terbesar karena potensi epideminya” dan “tidak ada atau tidak ada tindakan penanggulangan yang memadai”.