Tekan Defisit, Bank Sentral Sri Lanka Pangkas Rasio Cadangan Wajib 200 Bps

Ilustrasi. FOTO: AP

Tekan Defisit, Bank Sentral Sri Lanka Pangkas Rasio Cadangan Wajib 200 Bps

Angga Bratadharma • 10 August 2023 16:02

Kolombo: Bank Sentral Sri Lanka memutuskan untuk memangkas rasio cadangan wajib untuk bank komersial sebesar 200 basis poin menjadi dua persen dan efektif 16 Agustus. Keputusan itu diambil untuk menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan dan selanjutnya mengurangi defisit likuiditas pasar secara permanen.

"Langkah tersebut diperkirakan menyuntikkan sekitar USD625 juta ke pasar uang domestik dan selanjutnya menurunkan suku bunga," kata bank sentral Sri Lanka, dilansir The Business Times, Kamis, 10 Agustus 2023.

Didorong oleh penurunan tajam dalam inflasi, yang mencapai 6,3 persen bulan lalu, bank sentral memangkas suku bunga sebesar 450 basis poin pada Juni dan Juli. Otoritas moneter sebelumnya telah memperingatkan akan mengambil langkah-langkah administratif untuk menekan suku bunga jika bank komersial lambat meneruskan penurunan suku bunga ke pasar.

Bank sentral menaikkan suku bunga dengan rekor 950 bps tahun lalu untuk menjinakkan lonjakan inflasi dan sebesar 100 bps pada 3 Maret saat negara itu berjuang melawan krisis keuangan terburuk dalam beberapa dekade.

Di sisi lain, Departemen Statistik Sri Lanka mengatakan, Tingkat inflasi utama Sri Lanka turun setengahnya dan menjadi 6,3 persen pada Juli dibandingkan dengan level 12 persen pada Juni. Pencapaian itu menandai pertama kalinya inflasi turun menjadi satu digit dalam beberapa bulan untuk ekonomi yang sedang dilanda krisis.

Tingkat inflasi yang melonjak telah memukul ekonomi selama lebih dari setahun setelah krisis valuta asing yang parah memicu krisis keuangan terburuk di pulau Samudra Hindia itu dalam tujuh dekade.

Indeks Harga Konsumen Kolombo (CCPI) mencerminkan inflasi makanan, mencapai negatif 1,4 persen dari 4,1 persen di Juni. Inflasi non-makanan mencapai 10,5 persen, Departemen Sensus dan Statistik mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Dalam enam bulan terakhir, inflasi berangsur-angsur mereda dari level tertinggi 50,6 persen pada Februari setelah pemerintah mengubah tahun dasar inflasi dalam perhitungannya dari 2013 menjadi 2021. September lalu, inflasi melonjak menjadi 69,8 persen, dengan inflasi makanan mencapai 94 persen.


"Inflasi melambat lebih cepat dari yang diharapkan, sebagian dibantu oleh apresiasi rupee, yang membuat impor lebih murah. Kami memperkirakan inflasi akan terus berkurang dan mengakhiri tahun di bawah lima persen," jelas Kepala Penelitian Acuity Stockbrokers Shehan Cooray.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Angga Bratadharma)