Kantor bank dunia. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 27 June 2023 12:32
Jakarta: Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia menyetujui program baru untuk meningkatkan akses listrik yang berkelanjutan dan lebih murah di Indonesia bagian Timur. Program ini dapat memperkuat ketahanan infrastruktur dan mendukung kemampuan masyarakat untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Program Indonesia Sustainable Least-cost Electrification-1 (ISLE-1) menghubungkan 500 ribu pelanggan, meliputi sekitar dua juta orang, dengan jaringan listrik, meningkatkan jangkauan investasi tenaga surya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta menurunkan biaya pembangkitan listrik sebesar 20 persen. Program ini juga akan berfokus pada peningkatan kapasitas perusahan listrik negara, PT PLN (Persero), dalam mengelola transisi energi.
Program ini akan mendukung peralihan Indonesia menuju pembangunan beremisi rendah melalui energi dengan harga terjangkau, dapat diandalkan, dan berkelanjutan. Sektor energi Indonesia diproyeksikan menjadi penyumbang terbesar gas rumah kaca di negara ini pada 2026. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi sebesar hingga 32 persen hingga 2030.
"Program ISLE-1 akan memobilisasi pembiayaan sektor swasta untuk transisi energi Indonesia dan mendukung masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim. Rumah tangga miskin di Indonesia Timur akan memiliki akses pada listrik yang lebih dapat diandalkan dan berkelanjutan, sementara perusahaan-perusahaan akan mengalami gangguan listrik yang lebih sedikit dalam proses produksi mereka," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Manuela V. Ferro, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 27 Juni 2023.
Dia menjelaskan program ini merupakan contoh bagaimana Kelompok Bank Dunia mendukung negara-negara mengintegrasikan aksi iklim kedalam rencana pembangunan dan menggerakkan pembiayaan sektor swasta untuk pembangunan.
ISLE-1 akan mendukung peningkatan sistem operasional maupun proses bisnis PLN dan akan menguatkan jaringan listrik untuk integrasi energi terbarukan serta elektrifikasi di Indonesia bagian Timur. Program ini juga akan mendukung masyarakat berpenghasilan rendah yang belum memiliki akses pada energi dengan harga terjangkau. Hal ini akan mengurangi ketergantungan mereka pada energi yang menghasilkan polusi seperti misalnya generator diesel dan lampu minyak tanah.
Direktur Eksekutif PT. PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menuturkan program ISLE-1 merupakan bagian dari rencana distribusi, transmisi serta pembangkitan tenaga listrik PLN untuk 2021-2030.
"ISLE-1 berfokus di dua daerah: Maluku dan Nusa Tenggara, karena daerah-daerah ini memiliki tingkat elektrifikasi terendah dan rata-rata biaya pembangkitan listrik tertinggi di Indonesia. Program ini akan mendanai tujuan PLN untuk mencapai akses listrik universal, menerapkan pembangkitan listrik tenaga surya, mengurangi biaya pembangkitan listrik, serta memperkuat kapasitas keuangan serta operasional PLN. Dengan dukungan dari Bank Dunia, PLN diharapkan dapat meningkatkan keamanan energinya dengan mengembangkan infrastruktur energi serta melakukan diversifikasi terhadap bauran energinya dengan sumber-sumber terbarukan," tegas dia.
ISLE-1 diselaraskan dengan Kerangka Kemitraan Bank Dunia (Country Partnership Framework) untuk Indonesia untuk tahun fiskal 2021 hingga 2025, yang memiliki visi perbaikan infrastruktur yang meliputi baik penyediaan infrastruktur maupun kualitas layanan, transisi menuju energi rendah karbon, serta mewujudkan akses energi universal. Program ini juga mendukung tujuan terkait gender dan perubahan iklim dari kerangka tersebut.
"Bank Dunia siap mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai elektrifikasi 100 persen,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen.
Dukungan keuangan sebesar USD500 juta dari Bank Dunia untuk ISLE-1, di bawah World Bank Energy Sector Management Assistance Program (ESMAP) Sustainable Renewables Risk Mitigation Initiative (SRMI). Selain itu, Canada Clean Energy and Forest Climate Facility (CCEFCF) juga telah menyetujui pembiayaan bersama senilai USD47,5 juta.
Clean Technology Fund (CTF) memberikan pinjaman senilai USD15 juta dan hibah senilai USD19 juta. Biaya total program ini adalah USD1,14 miliar, termasuk pembiayaan dari PLN sebesar USD159 juta dan pembiayaan sektor swasta sebesar USD400 juta.