Dukungan Psikososial Diberikan kepada Korban Bencana Sumatra

Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) bersama Save the Children dengan menghadirkan Mobil Dukungan Psikososial bagi anak korban bencana di Sumatra. Foto: Istimewa.

Dukungan Psikososial Diberikan kepada Korban Bencana Sumatra

Achmad Zulfikar Fazli • 10 December 2025 11:03

Medan: Bencana alam berupa banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di wilayah Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara, memberi rasa trauma, khususnya kepada kaum rentan seperti anak-anak. Dukungan psikososial diberikan kepada warga sebagai salah satu bentuk pemulihan pascabencana.

Program ini dijalankan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) bersama Save the Children dengan menghadirkan Mobil Dukungan Psikososial bagi anak-anak terdampak banjir bandang dan longsor di Belawan, Medan, pada Sabtu, 6 Desember 2025.

Sebanyak 102 anak dari Lingkungan 8, Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Belawan, mengikuti aktivitas pemulihan untuk menurunkan kecemasan dan memulihkan rasa aman. Kegiatan meliputi menggambar, mewarnai, permainan kelompok, hingga sesi mendongeng.

Ketua Tim Kemkomdigi, Taofiq Rauf, mengatakan upaya pemulihan pascabencana bukan hanya fokus pada perbaikan infrastruktur. Pemerintah juga berupaya memulihkan kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak.

“Pendekatan ini sejalan dengan mandat Kemkomdigi dalam memperkuat komunikasi publik yang inklusif, responsif, dan berorientasi pada pemulihan menyeluruh di wilayah terdampak,” ujar Taofiq dalam keterangannya, dilansir pada Rabu, 10 Desember 2025.
 
Sementara itu, Fasilitator psikososial Save the Children, Syahferi Anwar, menjelaskan anak-anak di wilayah terdampak umumnya mengalami ketakutan ekstrem pada fase awal pascabencana. Suara hujan menjadi pemicu utama munculnya kembali memori traumatis.
 

Baca juga: Perbaikan Jaringan Telekomunikasi di Wilayah Bencana Dipercepat

“Begitu hujan turun, yang mereka cari pertama adalah orang tua. Objek lekat mereka terguncang,” ujar Syahferi. 
 
Menurut dia, fenomena ini berbeda dengan anak-anak di pesisir yang lebih terbiasa dengan banjir musiman dan memiliki kemampuan adaptasi lebih kuat. Dia mencontohkan situasi di Tamiang, salah satu wilayah longsor dampingan mereka. Dua hari pascakejadian, anak-anak masih menolak diajak berkumpul atau bermain.

“Mereka takut. Saat bertemu orang baru, mereka tambah cemas. Jadi pendekatan harusperlahan, berbaur dulu,” jelas dia.
 

Memulihkan Kepercayaan Diri

Syahferi menerangkan program dukungan psikososial dilaksanakan melalui tahapan yang jelas. Di antaranya pembukaan dan pengenalan, untuk menciptakan rasa aman.

Kemudian, memberikan kegiatan inti, seperti menggambar, menyusun puzzle, dan permainan kelompok untuk menurunkan kecemasan. Pada fase transisi, anak diajarkan agar tidak menjadi bergantung pada fasilitator.
 
“Jangan sampai anak sudah kembali stabil, lalu tiba-tiba kita pergi dan mereka kembali ke trauma awal. Itu yang kami hindari,” kata dia.

Untuk anak yang terpisah dari orang tuanya saat banjir bandang, pendamping dilakukan menggunakan metode Psychological First Aid (PFA). Anak didekati secara bertahap, tanpa paksaan, sambil dipantau emosinya.
 
“Kalau anak tertutup, jangan dipaksa bicara. Kita ikuti ritmenya. Identitas tetap kami kumpulkan melalui Restory Family Link untuk memastikan proses pencarian keluarga berjalan benar,” jelas dia.
 
Idealnya, kata dia, satu fasilitator mendampingi 10–20 anak dalam satu sesi. Untuk kegiatan luar ruang, kapasitas dapat diperluas hingga 30 anak dengan tetap menjaga kendali, keamanan, dan efektivitas aktivitas.
 
Di Aceh, total penerima manfaat dukungan psikososial yang digelar Komdigi diikuti oleh 218 anak-anak perempuan (3 difabel), 194 anak laki-laki (2 difabel), dan 88 orang tua atau pendamping. Kegiatan diselenggarakan di Posko Pengungsian Meunasah Krueng, Desa Manyang Cut, Meuredeu Pidie Jaya, Minggu, 7 Desember 2025.

Hari berikutnya, 158 anak-anak mengikuti kegiatan serupa di Posko Pengungsian Gampong Grong-Grong Capa, Meureudu, Pidie Jaya. Dilanjutkan pada Selasa, 9 Desember 2025, di Posko Pengungsian Balee Panah, Juli, Bireuen, yang diikuti 112 anak. 
 
Dukungan psikosial juga dilakukan di tiga titik posko pengungsian di Padang, Sumatra Barat. Titik pertama dilaksanakan di posko pengungsian Akademi Maritim Sapta Samudera (AMSS) Padang, di Lubuk Minturun Kota Padang, Jumat, 5 Desember 2025, yang diikuti 112 anak dan 32 pendamping.

Lokasi kedua dan ketiga dilaksanakan di SDN 02 Cupak Tengah dan Posko Guo Belimbing, Sabtu, 6 Desember 2025. Total di dua titik pengungsian ini diikuti 185 anak dan 45 pendamping. 

Pemulihan Mulai Terbangun

Berbagai kegiatan terbukti efektif membantu anak menemukan kembali rutinitas yang hilang akibat bencana. Selain meredakan kecemasan, kegiatan tersebut memulihkan rasa percaya diri dan memperkuat interaksi sosial.

Dalam sesi akhir, fasilitator melatih remaja dan warga setempat menjadi relawan psikososial. Langkah ini merupakan bagian dari upaya membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana berulang.
 
Salah satu peserta, Raffi Faezah, siswa kelas 3 sekolah dasar (SD), mengaku sangat senang dapat bermain bersama teman-teman sebaya. “Aku suka gambar rumah dan truk,” ujar Raffi sambil menunjukkan hasil mewarnainya. 
 
Peserta lainnya, Amira, siswa kelas 2 SD, mengungkapkan kegiatan menggambar dan mendengarkan dongeng menjadi bagian favoritnya.

Kemkomdigi memastikan program dukungan psikososialakan terus diperluas ke berbagai wilayah terdampaksebagai bagian dari percepatan pemulihan nasional. Pendekatan ini tidak hanya menolong anak secara emosional, tetapi juga memastikan komunikasi publik berjalan efektif, inklusif, dan berpihak pada kelompok paling rentan.

Bangun Posko dan Media Center

Sementara itu, Kemkomdigi terus memastikan pemulihan konektivitas jaringan serta infrastruktur telekomunikasi di wilayah terdampak banjir dan tanah longsor di Sumatra. Selain pemulihan teknis, Komdigi mendirikan sejumlah Posko sebagai Pusat Informasi dan Media Center untuk mendukung komunikasi darurat dan koordinasi penanganan bencana.

Di Aceh, posko dipusatkan di Gedung Sekretariat Daerah Provinsi Aceh. Kemudian, posko juga beroperasi di Komplek Kantor Gubernur Sumbar.

Untuk Sumatra Utara, Posko Komdigi beroperasi di tiga titik, yakni Gedung Kwarda Gerakan Pramuka Sumut, Gelanggang Olahraga (GOR) Pandan Tapanuli Tengah), serta Posko Dukungan Psikososial di Hamparan Perak, Deli Serdang.
 
Posko tersebut berfungsi sebagai ruang kerja bagi jurnalis, pusat penyelenggaraan konferensi pers, serta titik koordinasi lapangan bagi satuan Komdigi, operator seluler, pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan terkait.

Selain itu, posko menjadi lokasi pemantauan jaringan telekomunikasi oleh Balai Monitoring (Balmon) di tingkat wilayah, sekaligus ruang redaksi bersama untuk penyusunan narasi, informasi publik, dan berbagai konten terkait penanganan bencana.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Anggi Tondi)