Jakarta: Intoleransi meningkat, ditandai berbagai peristiwa yang viral di media sosial. Presiden Prabowo Subianto diminta mengambil sikap terkait hal ini.
”Mendesak adanya tindakan segera dan komprehensif," kata Ketua Generasi Muda Pembaharu Indonesia (GEMPAR Indonesia) Yohanes Sirait, dikutip dari Media Indonesia, Selasa, 29 Juli 2025.
Pihaknya meminta Presiden Prabowo Subianto untuk menunjukkan kepemimpinan politik yang tegas. Khususnya, dalam melindungi semua warga negara.
"Mengintegrasikan pemajuan kebebasan beragama atau berkeyakinan, ke dalam agenda prioritas pembangunan nasional, dan memimpin reformasi hukum yang fundamental,” tegas Yohanes.
Dia menyoroti tindakan intoleran teranyar, yakni peristiwa pembubaran paksa kegiatan ibadah di sebuah Rumah Doa di Koto Tangah Padang, Kota Padang, Sumatra Barat, Minggu, 27 Juli 2025. Menurut Yohanes, hal tersebut mesti mendapat perhatian serius.
Kejadian itu menjadi bagian dari 16 kali peristiwa intoleransi berbasis agama. Insiden ini bervariasi mulai dari penolakan pendirian rumah ibadah, persekusi dan pembubaran kegiatan ibadah, hingga teror ancaman bom di tempat ibadah.
Ia mengatakan peristiwa di Padang adalah bukti nyata bahwa negara masih belum sepenuhnya hadir untuk melindungi hak konstitusional setiap warganya. Yohanes meyakini Presiden Prabowo Subianto memiliki komitmen yang sangat kuat terhadap penegakan konstitusi, terutama Pasal 29 UUD 1945.
Konstitusi menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Visi kebangsaan dan dukungan Presiden Prabowo terhadap kebebasan beragama sangat jelas.
"Namun, sayangnya, komitmen besar Presiden tersebut tidak tercermin dalam kinerja pembantunya," kata Yohanes.
Atas dasar itu, pihaknya ingin Presiden melakukan evaluasi terkait hal ini. Sehingga, ada tindakan serius yang dilakukan untuk memberantas intoleransi.
Sekjen GEMPAR Indonesia, Petrus Sihombig, menyuarakan pandangan serupa. Sebab, butuh tindakan tegas untuk memberantas intoleransi.
”(Sehingga) lebih responsif, berani, dan mampu menjadi jembatan dialog antarumat beragama," kata dia.