Ilustrasi. Foto: Freepik.
Ade Hapsari Lestarini • 24 January 2025 13:25
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) mendarat di level USD2.739, menghadapi aksi profit taking setelah tiga hari berturut-turut mengalami kenaikan lebih dari 2,0 persen.
Aksi pengambilan keuntungan ini membuat para pelaku pasar mengurangi eksposur mereka terhadap emas, terutama menjelang data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) yang diproyeksikan melonjak ke level tertinggi dalam enam minggu terakhir.
Selain itu, perhatian pasar juga tertuju pada pidato Presiden AS Donald Trump di Davos World Economic Forum (WEF), yang berpotensi memengaruhi sentimen global. Berdasarkan analisis teknikal, kombinasi candlestick dan indikator moving average menunjukkan tren bullish masih mendominasi pergerakan XAU/USD.
Prediksi analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha memperkirakan harga emas berpotensi melanjutkan kenaikan hingga mencapai USD2.780. Namun, apabila terjadi reversal, level support terdekat berada di USD2.736, yang menjadi batas bawah proyeksi penurunan pada perdagangan hari ini.
Faktor pendukung lainnya datang dari kekhawatiran terhadap rencana tarif Presiden Trump yang mendorong permintaan emas sebagai aset safe haven. Harga emas telah menunjukkan kenaikan signifikan ke level USD2.764 pada Jumat, 24 Januari 2025, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar.
.jpeg)
Presiden AS Donald Trump. Foto: CNN
Dolar AS tekan harga emas
Meskipun demikian, pemulihan dolar AS untuk hari kedua berturut-turut memberikan tekanan terhadap emas. Dolar yang lebih kuat didukung oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS yang moderat, serta sentimen
risk-on di pasar ekuitas, yang mengurangi daya tarik emas sebagai instrumen investasi non-imbal hasil.
Namun, ekspektasi Federal Reserve akan menurunkan suku bunga dua kali tahun ini menjadi katalis yang membatasi penurunan harga emas. Proyeksi tersebut membuat imbal hasil obligasi AS tetap tertekan, sehingga menahan penguatan lebih lanjut pada dolar AS.
Ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan Trump, yang berpotensi memicu volatilitas pasar, juga memberikan dukungan tambahan bagi emas. Dalam skenario ini, harga emas berpeluang tetap berada dalam tren
bullish jangka menengah.
Selain itu, kurangnya detail mengenai rencana tarif Presiden Trump serta meredanya ketegangan geopolitik menjadi faktor yang mendukung sentimen
risk-on, meski inflasi yang mungkin muncul dari kebijakan Trump dapat memengaruhi keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi.
Bagaimanapun, para investor masih mengantisipasi potensi pemangkasan suku bunga Fed sebanyak dua kali pada tahun ini, yang dapat membatasi kenaikan dolar dan mendukung harga emas.
Keputusan suku bunga dari Federal Reserve dan European Central Bank yang dijadwalkan minggu depan juga diharapkan membawa volatilitas baru pada pasar. Hal ini berpotensi memberikan momentum tambahan bagi emas yang selama ini menjadi aset lindung nilai di tengah ketidakpastian kebijakan moneter global.
Secara keseluruhan, meskipun emas saat ini menghadapi tekanan dari penguatan dolar AS dan aksi ambil untung, tren
bullish masih tetap terjaga.
"Jika harga berhasil menembus level
resistance di USD2.780, maka penguatan dapat berlanjut dalam jangka pendek. Sebaliknya, jika terjadi penurunan di bawah USD2.736, pelaku pasar perlu waspada terhadap koreksi yang lebih dalam," jelas dia.