Lestari Moerdijat saat mengukir di Desa Petekeyan, Jepara. Metrotvnews.com/ Rhobi Shani
Rhobi Shani • 27 May 2025 18:14
Jepara: Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia, Lestari Moerdijat mendorong adanya kesejahteraan bagi para pengukir di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Jepara saat ini tengah proses pengusulan menjadi Warisan Budaya tak Benda (WBTB) UNESCO.
Melalui hal tersebut, diharapkan kualitas dan kesejahteraan pengukir akan semakin bertambah. Rerie, sapaan akrabnya, terlihat mencoba mengukir di Desa Petekeyan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara pada Selasa, 27 Mei 2025. Didampingi seorang pengukir perempuan, Rerie tampak agak kesusahan mengukir papan yang sudah diberi pola.
"Saya tadi melihat perempuan-perempuan ibu-ibu sepertinya enak gitu mengukir. Itu luar bisa. Sebuah pekerjaan yang tidak hanya butuh keahlian tapi juga rasa. Salah ngetok saja rusak itu semua," ungkap dia.
Kedatangannya bersama Duta Besar Bosnia Herzegovina untuk Indonesia, Armin Limo dalam rangka menyaksikan kekayaan tradisi seni ukir yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kunjungan itu juga diharapkan memperkuat basis narasi budaya yang akan diajukan ke UNESCO, sekaligus mempererat kerja sama diplomatik kedua negara di bidang budaya.
Rerie mengaku salut dengan para pengukir Jepara yang telaten dan ulet. Pasalnya tak hanya ketrampilan mengukir, tapi rasa yang diperlukan, sehingga penting untuk menjadi ukir Jepara masuk dalam WBTB UNESCO.
"Saya rasa di sinilah kekuatan pengukir yang harus kita jaga. Oleh karena itu, selaras sekali kita betul-betul harus berjuang harus mendapatkan ukiran jepara masuk UNESCO," ungkap dia.
Rerie menyebut, bahwa dengan masuknya ukir di UNESCO diharapkan mampu mendorong kesejahteraan para pengukir. "Mudah-mudahan (pengukir sejahtera). Tidak secara langsung, tapi paling tidak penghargaan ada pengakuan dan sebagai sebuah produk di dunia memiliki nilai tambah," beber politis Partai NasDem.
Sementara itu, salah satu pengukir perempuan, Rubiatun, menerangkan bahwa dalam sehari pendapatnya dari mengukir bervariasi sekitar Rp50-70 ribu. Dirinya yang mengukir pada pukul 07:00-17:00 WIB itu mampu menyelesaikan ukiran di 7 kursi. Ukiran di satu kursi dihargai sekitar Rp10 ribu.
"Sehari bisa saja Rp50-70 ribu. Namun itu belum pasti dan tidak tentu," ungkapnya.
Ia yang mulai mengukir sejak tahun 1990 itu berharap agar kesejahteraan pengukir dapat lebih diperhatikan. Pasalnya, ukir menjadi ciri khas dari Jepara.
"Harapan ukir bisa ramai seperti dulu dan rakyat Jepara bisa sejahtera. Sekarang harga kebutuhan naik jadi dimohon harganya ikut naik," pungkasnya.