Seniman batik pewarna bahan alam, Amrih. Metrotvnews.com/ Rhobi Shani.
Rhobi Shani • 2 October 2025 16:10
Jepara: Di tangan lihai Amrih Basuki, batik yang menjadi warisan budaya dunia nampak ciamik dengan pewarnaan yang diambil dari alam. Pria paruh baya yang bermukim di Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara bertekad untuk melestarikan budaya dan alam secara bebarengan.
Lik Amrih, sapaan akrabnya, sudah sejak 2011 memproduksi setiap lembar kain batik dengan pewarna alami. Kecintaannya terhadap batik dimulai sejak belia dan berlanjut hingga saat ini.
Dirinya menyebut, dengan menggunakan warna alam menjadi wujud menjaga kelestarian lingkungan ketimbang menggunakan pewarna buatan atau sintesis.
"Warna alam sebagai kesadaran ekologi. Selain itu warna alam bahannya lebih murah karena bisa didapat di alam sekitar seperti kulit kayu mahoni yang ada di meubel bisa digunakan," ungkap Lik Amrih, Kamis, 2 Oktober 2025.
Selain daun dan kulit kayu, Lik Amrih membeberkan salah satu yang digunakan sebagai pewarna alam seperti tanaman indigofera yang menghasilkan warna biru dan kulit akar mengkudu yang menghasilkan warna merah.
"Dedaunan yang biasa dipakai seperti daun ketapang, alpukat, nangka, pace, mangga bisa menghasilkan warna kuning, coklat tua, hingga hitam," ujar pria yang beberapa kali mengisi workshop atau edukasi batik di berbagai daerah.
Batik tulis dengan pewarna bahan alam. Metrotvnews.com/ Rhobi Shani.
Lik Amrih menyebut, motif batik yang ia buat cukup beragam dan bebas. Namun, beberapa motif yang digandungri yakni Sargassum dan Burung Camar.
Ia menerangkan, untuk menghasilkan kain batik berukuran 115 X 250 meter, dibutuhkan waktu 6-8 bulan. Pasalnya, setiap proses pewarnaan alam membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Tapi biasanya dalam 6 bulan itu kita tidak buat satu lembar mungkin bisa 4-5 lembar. Karena proses celupnya lebih banyak ketimbang warna sintesis," kata Lik Amrih.
Selembar kain batik dengan warna alami dibandrol dengan harga Rp2,5-9 juta rupiah tergantung motif dan lamanya pengerjaan.
Peminat batik pewarnaan alam buatan Lik Amrih datang baik dalam maupun luar negeri. Mulai dari Jakarta, Medan, Bandung hingga Sulawesi. Sementara untuk peminat luar negeri ada Perancis dan Belanda.
"Pembeli datang dari berbagai pihak mulai kolektor hingga pejabat dari berbagai daerah sampai luar negeri," ungkap Lik Amrih.