Harga Emas Diyakini Bakal Melejit di Tengah Memanasnya Perang Dagang

Emas batangan. Foto: Unsplash.

Harga Emas Diyakini Bakal Melejit di Tengah Memanasnya Perang Dagang

Insi Nantika Jelita • 2 June 2025 12:25

Jakarta: Harga emas diprediksi akan menguat signifikan dan bersiap menembus level USD3.350 per troy ons pada pekan ini. Kenaikan ini dipicu oleh keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang kembali memanaskan tensi perdagangan global dengan menaikkan tarif impor baja dan aluminium hingga 50 persen.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 31 Mei 2025, harga emas tercatat melemah 0,83 persen menjadi USD3.289 per troy ons. Namun, analis komoditas keuangan Ibrahim Assuaibi memperkirakan pelemahan ini bersifat sementara.

"Dengan keputusan Trump menaikkan tarif impor, harga emas berpotensi menembus level USD3.350 per troy ons dalam waktu dekat. Jika level ini tertembus, maka harga emas bisa terus melesat menuju USD3.400 per troy ons dalam beberapa minggu ke depan," kata Ibrahim kepada Media Indonesia, Senin, 2 Juni 2025.

Bahkan, Ibrahim optimistis harga emas bisa mencapai USD3.700 hingga akhir tahun, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global akibat kebijakan perdagangan AS.
 

Baca juga: Harga Emas Batangan di Pegadaian Dijual Mulai dari Rp987 Ribu, Ini Rinciannya!


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
 

Trump kerek tarif impor baja


Trump diketahui menaikkan tarif impor baja karena AS merupakan salah satu importir baja terbesar di dunia, dengan total impor mencapai lebih dari 26,23 juta ton dari berbagai negara seperti Tiongkok, Uni Eropa, Rusia, Selandia Baru, dan Australia.

Langkah agresif ini diumumkan hanya beberapa jam setelah Trump menuduh Tiongkok melanggar komitmen untuk bersama-sama mencabut tarif dan hambatan dagang atas mineral strategis.

Kebijakan tarif baru tersebut akan mulai berlaku pada Rabu (4/6), dan diperkirakan akan memperkuat posisi dolar sekaligus mendorong kenaikan harga emas secara bersamaan.

"Melihat karakter kebijakan Trump, saya yakin keputusan ini tidak akan direvisi. Hingga saat ini, belum ada sinyal atau pernyataan susulan dari Gedung Putih," jelas Ibrahim.

Namun demikian, dia juga mengatakan harga emas berpotensi menghadapi tekanan dari meredanya tensi geopolitik global. Berbagai konflik seperti di Timur Tengah dan Eropa, termasuk perang antara Rusia dan Ukraina, kini telah memasuki fase negosiasi dan gencatan senjata.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)