3 Negara Afrika yang Pernah Dilanda Kudeta Perkuat Aliansi Sahel

Pemandangan salah satu kota di Mali. (Anadolu Agency)

3 Negara Afrika yang Pernah Dilanda Kudeta Perkuat Aliansi Sahel

Willy Haryono • 7 July 2024 15:32

Niamey: Negara-negara Afrika yang pernah dilanda kudeta, yaitu Niger, Mali, dan Burkina Faso, memutuskan untuk memperkuat aliansi baru dan tidak kembali ke blok regional Afrika Barat ECOWAS. Perpecahan di ECOWAS ini dapat semakin membahayakan upaya regional dalam mengekang kekerasan yang menyebar di seluruh kawasan.

Para pemimpin junta militer dari ketiga negara bertemu dalam pertemuan puncak pertama mereka di Niamey, ibu kota Niger, setelah penarikan diri mereka dari ECOWAS di bulan Januari.

Mereka menuduh ECOWAS gagal menjalankan mandatnya dan berjanji mengonsolidasikan persatuan mereka di Aliansi Negara-Negara Sahel (AES) yang dibentuk tahun lalu di tengah hubungan yang retak dengan negara-negara tetangga.

ECOWAS yang berusia hampir 50 tahun telah menjadi "ancaman bagi negara-negara kita," kata pemimpin militer Niger Jenderal Abdourahmane Tchiani.

"Kita akan menciptakan AES rakyat, bukan ECOWAS yang arahan dan instruksinya didiktekan kepadanya oleh kekuatan-kekuatan yang asing bagi Afrika," lanjut dia, mengutip dari laman Africa News, Minggu, 7 Juli 2024.

Pertemuan ketiga negara yang berbatasan satu sama lain itu terjadi sehari sebelum pertemuan puncak ECOWAS di Nigeria, tempat para kepala negara lain di kawasan itu akan bertemu.

"Hari ini, terserah kita untuk menjadikan aliansi konfederasi negara-negara Sahel sebagai alternatif bagi semua kelompok regional palsu, dengan membangun komunitas rakyat yang berdaulat," tutur Tchiani.

Para analis mengatakan kedua pertemuan itu menunjukkan perpecahan mendalam di ECOWAS, yang telah muncul sebagai otoritas politik tertinggi bagi 15 negara anggotanya sebelum langkah mundur Niger, Mali dan Burkina Faso.

Perjanjian tentang pakta nonagresi keamanan serta bidang ekonomi, moneter, dan sosial, ditandatangani Presiden Assimi Goita dari Mali, Ibrahim Traore dari Burkina Faso, dan Abdourahamane Tiani dari Niger.

Pertemuan puncak ini berlangsung tepat sebelum pertemuan badan Afrika Barat mendatang di Abuja, Nigeria.

Mali akan memegang jabatan presiden bergilir AES selama satu tahun, sementara Burkina Faso akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak parlemen organisasi tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)