Kupang: Cuaca buruk berdampak terhadap operasional kapal nelayan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ratusan kapal nelayan di daerah tidak beroperasi akibat cuaca buruk. Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupangmelaporkan tinggi gelombang di perairan maksimal mencapai 3,5-5 meter berisiko terhadap kapal feri, kapal kargo, tongkang, dan kapal nelayan.
Di Dermaga Pelabuhan Perikanan Oeba Kupang, Kamis, 14 Maret ratusan kapal nelayan lego jangkar di kolam labuh pelabuhan tersebut untuk mengantisipasi gelombang tinggi. "Seluruh nelayan di sini tidak berlayar, gelombang sangat tinggi," kata Arkilaus, nelayan setempat.
Menuruntya, nelayan dengan perahu berukuran kecil tidak melaut sejak akhir pekan lalu, diikuti nelayan dengan perahu besar awal pekan ini. Dampaknya, pasokan ikan ke pasar berkurang yang membuat harga ikan melonjak.
Harga ikan kombong naik menjadi Rp50 ribu per tiga ekor dari harga sebelumnya Rp25 ribu per tiga ekor. Ikan Lemadang yang biasa dijual Rp60 ribu per ekor, dipotong menjadi beberapa bagian kemudian dijual seharga Rp10 ribuper potong.
Ada juga ikan kombong dijual seharga Rp20 ribu per kumpul hingga Rp50 ribu per kumpul. Sesuai pantauan, hanya tiga jenis ikan yang dijual di lokasi tersebut. Pedagang ikan pun terbatas karena sebagain besar lapak nelayan terlihat tutup. "Ikan-ikan ini diambil dari cool box," tambahnya.
Cool Box atau kotak pendingian digunakan oleh nelayan untuk menyimpan ikan agar tetap segar. Pedagang ikan setempat, Ama mengatakan, ia membeli belasan ikan kombong dari nelayan seharga Rp50 ribu per ekor kemudian dijual dari rumah ke rumah seharga Rp25 ribu per satu ekor.
"Ikan sangat mahal karena nelayan tidak berlayar," ujarnya.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang, Yandri Anderudson Tungga mengatakan cuaca ekstrem yang melanda wilayah NTT disebabkan aktifnya gelombang equatorial rosby, gangguan atmosfer Madden Julian Oscillation, serta tumbuh bibit siklon 91 S di Samudera Hindia bagian Tenggara sebelah Barat Ausralia, bibit siklon 93 P di Teluk Carpentaria sekitar Utara Australia, dan bibit siklon 94 S di Laut Timor bagian selatan sekitar Tenggara NTT.
Kondisi ini mengakibatkan meningkatkan intensitas curah hujan dan angin kencang serta gelombang laut dengan kategori sedang hingga sangat tinggi. Masyarakat juga diingatkan potensi gelombang pasang dan banjir rob yang melanda pesisir utara Pulau Flores hingga Alor, pesisir Pulau Sabu, Pulau Raijua, Pulau Sumba dan pesisir Pulau Timor sampai Rote Ndao.
"Kami mengimbau masyarakat tetap waspada dan siaga terutama pada fase panjang maksimum untuk mengantisipasi dampak dari gelombang pasang dan banjir rob," ujarnya.