Anak Muda Tiongkok. Foto: Unsplash.
Beijing: Tingkat pengangguran kaum muda di Tiongkok telah menurun drastis sejak data terakhir dirilis pada Juni. Secara kasat mata, pengangguran kaum muda pada bulan Desember mencapai 14,9 persen atau turun pada musim panas atau Juni dengan mencapai 21,3 persen.
Namun angka baru ini tidak bisa dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya karena angkanya sekarang tidak memasukkan pelajar penuh waktu ke dalam perhitungan pengangguran.
Tingginya angka tersebut menjadi fokus para ekonom, menyoroti tantangan-tantangan yang muncul akibat perlambatan ekonomi Tiongkok. Ketika lulusan baru masuk ke dalam angkatan kerja di negara ini, mereka menghadapi stagnasi industri dengan permintaan tenaga kerja yang lebih lemah.
“Meskipun demikian, hasil yang lebih rendah ini masih sekitar tiga kali lipat tingkat pengangguran secara keseluruhan di Tiongkok (5,1 persen) dan mencerminkan kesulitan yang dihadapi kaum muda di sana. (Sebagai perbandingan, rata-rata OECD adalah 10,5 persen.),” tulis Peneliti Senior Non-Residen di Atlantic Council Nicole Goldin dikutip dari
Business Insider, Sabtu, 17 Februari 2024.
Dia menuturkan hambatan terhadap pengangguran kaum muda muncul dari gejolak ekonomi yang lebih luas, mulai dari melambatnya konsumsi, sektor properti yang terbebani utang, dan jatuhnya pasar saham.
"Dengan latar belakang ini, jumlah lulusan baru terus meningkat, diperkirakan mencapai 12 juta tahun ini," kata Goldin.
Dia menuturkan mereka tidak hanya menghadapi kurangnya lapangan kerja secara umum, namun tindakan keras Beijing terhadap teknologi juga membatasi peluang di industri untuk mempekerjakan mereka.
jumlah kelahiran menurun
Sementara itu, menurunnya angka kelahiran di Tiongkok memicu kekhawatiran mengenai angkatan kerja di masa depan. Dengan penurunan jumlah bayi baru lahir sebesar 500.000 pada tahun 2023, perempuan muda di negara ini menghadapi tekanan untuk membesarkan keluarga dibandingkan bekerja.
“Implikasi dari situasi ini tidak hanya menghambat produktivitas dan pertumbuhan Tiongkok, namun mengingat besarnya peran Tiongkok dalam perekonomian global, pelemahan Tiongkok berpotensi berdampak pada pasar tenaga kerja muda di seluruh dunia,” tulis Goldin.
“Hal ini terutama berlaku di negara-negara di Afrika dan Amerika Latin misalnya di mana pembiayaan pembangunan, investasi, dan perdagangan Tiongkok sangat penting bagi dinamisme dan penciptaan lapangan kerja mereka di tengah kesulitan utang.” jelas dia.