Foto CDC memperlihatkan seekor nyamuk di permukaan kulit manusia. (James Gathany/CDC via AP, File)
Willy Haryono • 30 September 2023 22:58
Addis Ababa: Ethiopia mengumumkan wabah malaria di negara bagian Oromia, dan pejabat kesehatan pada hari Sabtu ini, 30 September 2023, melaporkan bahwa setidaknya 36 orang meninggal dalam dua bulan terakhir di distrik Begi dan Kondala di zona Wollega Barat yang dilanda konflik.
Lata Banti, kepala fasilitas layanan kesehatan di distrik Begi, mengonfirmasi kematian 36 orang karena infeksi parasit yang ditularkan nyamuk terus menyebar dan mendesak pasokan medis untuk segera menyelamatkan nyawa masyarakat.
Penyakit ini telah menyerang masyarakat di 16 zona Oromia, dengan peningkatan 168 persen tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya, lapor media lokal yang mengutip Jawar Qasim, kepala departemen kesehatan Oromia.
Faayo Abdii, seorang pejabat kesehatan setempat di wilayah tersebut, mengatakan kepada Anadolu Agency melalui sambungan telepon bahwa terdapat kekurangan obat-obatan dan oksigen. Ini dikarenakan penyakit malaria telah menyebar di banyak wilayah di distrik Begi dan Kondala yang dilanda konflik di negara bagian Oromia, tempat di mana mayoritas kematian dilaporkan.
Pejabat tersebut tidak memberikan jumlah pasti kematian atau mereka yang terkena dampak malaria di kedua distrik tersebut. Namun ia meminta bantuan untuk menangani situasi darurat kesehatan.
Wabah malaria terjadi ketika hampir seluruh 42 fasilitas kesehatan yang ada di Begi, wilayah berpenduduk lebih dari 100.000 orang, dijarah atau dirusak. Pasien dengan kondisi medis yang mengancam jiwa tidak dapat menerima perawatan darurat karena pusat layanan kesehatan tidak lagi beroperasi, menurut laporan media lokal.
Tidak jelas mengapa fasilitas kesehatan diserang dan beberapa dijarah, namun wilayah tersebut telah menyaksikan gelombang kekerasan, dan pemerintah federal menyalahkannya kepada gerakan Oromo. Ratusan orang tewas dan ribuan keluarga mengungsi akibat kekerasan di Oromia.
Front Pembebasan Oromia (OLF) dan Tentara Pembebasan Oromo (OLA), keduanya didirikan pada 1970-an, memerangi pemerintah atas tuduhan penganiayaan terhadap masyarakat setempat.
Pemerintah Ethiopia kini menganggap OLF sebagai partai politik sah, namun OLA sebagai kelompok teroris.