Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Mansury. Foto: Dokumen Kementerian BUMN
Media Indonesia • 4 July 2023 11:17
Jakarta: Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Mansury menyampaikan sebagai upaya mengurangi emisi, perusahaan pelat merah siap menjalankan perdagangan karbon (carbon trading) melalui bursa karbon pada September 2023. Perusahaan itu mengerucut pada PT PLN (Persero) atau PT Pertamina (Persero).
Ia menerangkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas akan mempersiapkan aturan teknis bursa karbon dengan penyelenggara bursa karbon adalah bursa efek atau penyelenggara pasar yang telah mengantongi izin regulator.
Perusahaan yang terlibat dalam perdagangan karbon harus mendaftar diri di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) melalui Sistem Registri Nasional (SRN).
"Target kita paling lambat di September sudah ada salah satu BUMN yang melakukan carbon trading yang difasilitasi oleh bursa efek dengan panduan regulasi dari OJK. Masih rahasia, apakah itu PLN, Pertamina, kita tunggu saja," kata Pahala di media briefing Chartered Financial Analyst (CFA) Society Indonesia, dilansir Media Indonesia, Selasa, 4 Juli 2023.
Pahala menjelaskan skema perdagangan karbon akan dilakukan ketika perusahaan BUMN mempunyai defisit emisi, harus membeli emisi dari perusahaan lain yang memiliki surplus emisi.
PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) bertindak sebagai fasilitator dengan melakukan verifikasi dan validasi karbon yang diperdagangkan oleh perusahaan BUMN.
Dilansir laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ditetapkan persetujuan teknis batas atas emisi (PTBAE) mulai dari PLTU non-mulut tambang (MT) berkapasitas 25 megawatt (MW) sampai dengan 100 MW sebesar 1,297 ton karbon dioksida ekuivalen per megawatt hour atau CO2e/MWh, hingga PLTU non MT berkapasitas besar dari 400 MW sebesar 0,911 ton CO2e/MWh.
"Jadi ada batas emisi berapa. Jika perusahaan itu defisit emisi, dia harus beli ke lain. Kalau masih juga belum tercapai batas emisinya, dia dikenakan pajak karbon. Hitung-hitungannya memang njelimet," ujar Pahala.
(Insi Nantika Jelita)