Ratusan Balita di Surabaya Masih Menderita Stunting

Ilustrasi. Medcom.id

Ratusan Balita di Surabaya Masih Menderita Stunting

Amaluddin • 15 August 2023 14:35

Surabaya: Kota Surabaya, Jawa Timur, adalah salah satu kota vital dalam sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada 17 Agustus 2023 ini, warga Surabaya akan merayakan hari kemerdekaan ke-78 RI.

Jika definisi kemerdekaan ini dijadikan patokan dalam melihat kondisi Surabaya secara terintegrasi, masih terdapat banyak hal di masyarakat yang belum bisa disebut merdeka. Salah satunya adalah stunting, kemiskinan, dan pengangguran.

Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2015 silam, prevalensi stunting di Jawa Timur mencapai 27,1 persen, dan di Surabaya adalah 20,3 persen. Salah satu faktor yang berpengaruh pada kejadian stunting adalah makanan pengganti asi (MP-ASI) yang kurang tepat dan sehat. 

Pola makan ibu dapat berkontribusi dalam meningkatkan angka kejadian stunting. Ibu memiliki tanggung jawab utama untuk memilih, menyiapkan, dan menyajikan makanan bergizi untuk anak-anak mereka. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan sebagai upaya penyelesaian masalah gizi anak stunting.

"Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, tercatat 12.788 balita stunting pada tahun 2020 lalu," kata Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, di Surabaya, Selasa, 15 Agustus 2023.

Namun pada awal masa kepemimpinan dirinya pada Februari 2021, kondisi stunting di Surabaya menurun drastis 28,9 persen atau 6.772 balita pada tahun 2021.

Kemudian kembali menurun menjadi 4,8 persen atau 1.055 balita pada 2022. Sejak saat itu Surabaya menjari kota yang terendah kasus stuntingnya di Indonesia. Hingga akhirnya angka stunting di Kota Surabaya tersisa 651 balita per 30 Juni 2023.

Eri menyebut banyak hal bagaimana Surabaya mampu menurunkan prevalensi stunting dari 28,9 persen di tahun 2021 dan turun menjadi 4,8 persen di tahun 2022 hingga 2023 ini. Salah satunya berkolaborasi dengan lintas sektor dan berbagai pihak.

"Jadi, turunnya angka stunting di Surabaya ini merupakan kerja warga Surabaya, karena pemerintah tidak bisa berjalan sendiri," jelas Eri.

Menurutnya penurunan jumlah balita stunting itu tak lepas dari delapan aksi konvergensi dilakukan pemkot. Secara rutin, Pemkot melakukan kegiatan Rembuk Stunting di tingkat kota, mulai dari kecamatan, kelurahan, puskesmas, PKK, tiga pilar, dan peran serta tokoh masyarakat.

Program lainnya adalah Semangat Pancasila dengan Gotong Royong seluruh pihak, Kader Surabaya Hebat (KSH) yang melakukan input data di Aplikasi Sayang Warga atau Sistem Layanan Pendampingan dan Perlindungan Warga Kota Surabaya.

"Sehingga kami bisa tahu sampai tingkat RT berapa warganya yang stunting, mana warganya yang miskin. Dalam satu rumah ada berapa yang sedang hamil, umur hamil berapa bulan, ada anak bayi atau tidak. Data inilah yang kami gunakan untuk menyasar langsung ke sasaran," ungkapnya.

Terbaru Pemkot Surabaya menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) dalam pencegahan dan penurunan stunting. Tujuan kolaborasi ini, juga bagian dari upaya pemkot mewujudkan Kota Surabaya zero stunting di tahun 2023.

Menurut Eri target kerja sama ini tak hanya ingin Kota Surabaya zero stunting. Namun juga zero gizi buruk serta zero angka kematian ibu dan anak. "Saya selalu katakan, pemkot tidak bisa berjalan sendiri, pemkot memiliki perguruan tinggi yang luar biasa, sangat hebat, fakultas kedokteran UNAIR," katanya.

Eri mengungkapkan program kerja sama dengan FK Unair itu sudah berjalan di beberapa titik di Kota Surabaya. Namun pada Agustus 2023 ini akan digeber lagi agar target zero stunting, gizi buruk, hingga angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan maksimal.

Beberapa pelayanan yang akan diterapkan di lapangan di antaranya layanan dasar Ultrasonografi (USG) untuk mencegah angka kematian ibu dan anak, pendampingan oleh dokter anak, hingga pendampingan mahasiswa FK UNAIR dengan cara home visit (kunjungan ke rumah) atau melalui Balai RW.

"Insya Allah bulan Agustus ini, karena 17 Agustus ini adalah Hari Kemerdekaan. Maka juga harus merdeka dari stunting, kemiskinan, angka kematian ibu dan anak bisa terwujud di Surabaya," ujarnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Deny Irwanto)