Ilustrasi. Foto: Dok Medcom.id
Media Indonesia • 1 August 2023 21:51
Jakarta: Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut perlu dilakukan simulasi rutin untuk terus melatih masyarakat agar tidak mengalami kebingungan saat terjadi bencana. Masyarakat diharapkan lebih antisipatif menghadapi bencana.
"Dengan pelibatan semua unsur masyarakat melalui edukasi kebencanaan agar sadar dan paham bencana serta peningkatan kemampuan dalam pengelolaan risiko bencana sehingga terwujudnya ketangguhan yang berkelanjutan (sustainable resilience)", ujar Muhadjir dalam acara ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX-2023) di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta, Selasa, 1 Agustus 2023.
Muhadjir menilai pemilihan pelaksanaan simulasi kebencanaan di Yogyakarta sudah tepat. Sebab, Yogyakarta memiliki potensi gempa yang berasal dari sesar aktif, bernama Sesar Opak. Sesar ini disinyalir kuat menjadi penyebab gempa pada Mei 2006.
Sesar Opak memiliki kekuatan hingga magnitudo 6,6 dan harus diantisipasi setiap waktu karena berada tepat di bawah daratan Yogyakarta.
"Karena Yogya itu tidak hanya sesar Opak saja yang jadi masalah, ada juga gunung merapi yang sangat aktif, dan kemungkinan terjadi tsunami di mana letak Jogja berdekatan dengan samudera Hindia," ungkapnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan resiliensi sangat diperlukan. Negara-negara di ASEAN dapat saling bertukar nilai, ilmu, serta pengalaman, terutama terkait kebencanaan yang melibatkan sipil-militer, menuju One ASEAN, One Response.
"Terkait penanggulangan bencana, kita telah bekerjasama dengan seluruh negara yang ada di wilayah ASEAN ini. Semuanya sudah terjalin betul saling membantu jika terjadi bencana di negara-negara kawasan Asia Tenggara," tutur Suharyanto.
(Dinda Shabrina)