Latihan ini mengikuti penguatan koordinasi keamanan antara ketiga negara di tengah berlanjutnya uji coba senjata Korut. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 16 July 2023 14:57
Washington: Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel), dan Jepang mengadakan latihan pertahanan rudal trilateral di perairan internasional Laut Timur pada hari Minggu, 16 Juli 2023. Latihan digelar beberapa hari setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) pekan lalu.
Dikutip dari laman Anadolu Agency, latihan tersebut mengikuti penguatan koordinasi keamanan antara ketiga negara di tengah berlanjutnya uji coba senjata Korut tahun ini, termasuk peluncuran ICBM berbahan bakar padat Hwasong-18 Rabu lalu.
Latihan tersebut menampilkan tiga kapal perusak tipe Aegis, yaitu Yulgok Yi I dari Korsel, USS John Finn dari AS, dan JS Maya milik Pasukan Bela Diri Maritim Jepang, menurut laporan angkatan laut Korea Selatan.
Ini merupakan latihan trilatera keempat di bawah pemerintahan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol. Terakhir kalinya ketiga negara mengadakan latihan pertahanan rudal tiga arah berlangsung di bulan April.
Korea Selatan dan AS, dalam unjuk kekuatan melawan peluncuran ICBM Korea Utara, juga menggelar latihan udara gabungan pada Kamis lalu, yang melibatkan pesawat pengebom strategis B-52H AS.
ICBM merupakan salah satu rudal Korea Utara yang dapat terbang jauh dan dipasangi hulu ledak nuklir. Senjata jenis ini dinilai mengancam keamanan, terutama terhadap negara-negara tetangga terdekat seperti Korea Selatan dan Jepang.
Sebelumnya di New York, Duta Besar Korea Utara untuk PBB Kim Song menegaskan bahwa peluncuran rudal ICBM adalah pelaksanaan hak membela diri "untuk mencegah gerakan militer berbahaya dari pasukan musuh dan menjaga keamanan negara kita."
Korea Utara terakhir kali berbicara di pertemuan DK PBB tentang program rudal nuklir dan balistiknya pada Desember 2017, menurut keterangan para diplomat.
Dikenal secara resmi dikenal sebagai Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK), Korut telah berada di bawah sanksi PBB untuk program rudal dan nuklirnya sejak 2006. Ini meliputi larangan pengembangan rudal balistik.