Ilustrasi. FOTO: dok MI
Angga Bratadharma • 27 July 2023 10:59
Washington: Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan tingkat inflasi global melambat menjadi 6,8 persen di tahun ini dibandingkan dengan perkiraan tujuh persen pada April dan dari 8,7 persen pada 2022. Tetapi IMF menaikkan proyeksi kenaikan biaya hidup pada 2024 sebesar 0,3 poin persentase menjadi 5,2 persen.
IMF mengharapkan harga inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, untuk mendingin lebih lambat dari sebelumnya. "Inflasi utama turun karena harga energi turun," kata Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas, dilansir dari The Business Times, Kamis, 27 Juli 2023.
"Tetapi di bawah permukaan, jika Anda melihat inflasi yang mendasarinya –inflasi inti– terbukti lebih gigih dan kegigihan itu merupakan tantangan nyata," tambah Pierre-Olivier Gourinchas.
Lebih lanjut, IMF mengutip risiko berkelanjutan terhadap stabilitas keuangan di tengah tingkat lebih tinggi, pemulihan yang lebih lambat dari perkiraan di Tiongkok, tekanan utang di negara berkembang dan ancaman perdagangan dari fragmentasi geo-ekonomi, yang telah dipercepat di tengah invasi Rusia ke Ukraina, serta ketegangan antara Washington dan Beijing.
Sementara itu, kasus dasar Bloomberg Economics untuk pertumbuhan ekonomi global adalah 2,8 persen untuk tahun ini dan 2,7 persen pada 2024, turun dari 3,3 persen pada 2022 dan di bawah tren sebelum pandemi sebesar 3,4 persen.
"Bahkan ketika kebijakan moneter yang lebih ketat menggigit, prioritas di sebagian besar ekonomi tetap mencapai disinflasi yang berkelanjutan," kata IMF.
IMF menambahkan bahwa bank sentral harus tetap fokus pada pemulihan stabilitas harga dan memperkuat pengawasan keuangan serta pemantauan risiko. Itu diperkirakan terjadi minggu ini, dengan The Fed dan ECB siap menaikkan suku bunga lebih lanjut.
Sedangkan Ketua The Fed Jerome Powell dan Presiden ECB Christine Lagarde sama-sama memperingatkan bahwa tingkat inflasi masih terlalu tinggi. IMF mencatat perekonomian maju mendorong perlambatan pertumbuhan global dari 3,5 persen tahun lalu, terutama karena layanan offset manufaktur yang lebih lemah.
"Sementara itu, aktivitas di negara berkembang terlihat stabil tahun ini dan tahun depan," pungkasnya.