Almarhum Romo Mudji Sutrisno. Instagram: @fadjrulrochman
Profil Romo Mudji Sutrisno Tokoh Imam Katolik dan Intelektual Indonesia
Whisnu Mardiansyah • 29 December 2025 11:35
Jakarta: Dunia intelektual dan kebudayaan Indonesia kehilangan sosok seorang figur pemersatu. Romo Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno SJ, seorang imam Jesuit, akademisi, budayawan, dan mantan anggota KPU, dikenang sebagai sosok yang secara konsisten menjembatani sekat antara iman dan nalar, tradisi dan modernitas, serta ruang gereja dan gelanggang sosial.
Lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 12 Agustus 1954, akar kebudayaan Jawa yang kental membentuk sensitivitasnya. Kedekatan awal dengan Gereja membawanya pada panggilan religius, yang kemudian ditempuh melalui pendidikan di Serikat Yesus (SJ).
Pendidikan doktoral filsafat di Universitas Kepausan Gregoriana, Roma, memperkaya wawasannya dengan tradisi pemikiran Barat. Sekembali ke Indonesia, ia mendedikasikan diri sebagai pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta. Di ruang kelas, ia dikenal sebagai dosen yang menantang mahasiswa berpikir kritis.
Pada awal era reformasi, ia pernah terjun langsung ke ruang publik dengan menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pengalaman singkat ini memperkaya tentang etika dalam demokrasi. Ia kerap menegaskan bahwa demokrasi bukan sekadar prosedur, melainkan praktik moral yang membutuhkan kejujuran dan keberpihakan pada yang lemah.
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, Romo Mudji gigih merawat pluralisme. Ia mempraktikkan dialog lintas iman sebagai kerja sehari-hari untuk mendengar, memahami, dan menghormati. “Agama seharusnya menjadi sumber perdamaian,” merupakan prinsip yang membuatnya diterima luas, melampaui batas komunitas Katolik.
Bagi banyak generasi murid dan kolega, ia adalah seorang guru yang membimbing dengan keteladanan tekun membaca, jujur berpikir, dan rendah hati berdialog. Warisan terbesarnya barangkali bukan pada satu buku tertentu, melainkan pada cara berpikir yang ia tularkan: kritis tanpa sinis, religius tanpa eksklusif, dan rasional tanpa kehilangan rasa.
Kepergian Romo Mudji Sutrisno SJ meninggalkan duka sekaligus warisan intelektual yang tetap hidup. Di tengah dunia yang rentan terbelah, pesannya untuk terus berpikir jernih, beriman dengan rendah hati, dan merawat kemanusiaan, tetap relevan untuk disematkan, Selasa, 29 Desember 2025.
*Pengerjaan artikel berita ini melibatkan peran kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan kontrol penuh tim redaksi.