Di Balik Riuh Wisatawan, Mata Tajam dan Siaga Para Penjaga Pantai Selatan

Wisatawan memadati bibir Pantai Parangtritis saat momen libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. ANTARA/Luqman Hakim

Di Balik Riuh Wisatawan, Mata Tajam dan Siaga Para Penjaga Pantai Selatan

Whisnu Mardiansyah • 30 December 2025 15:48

Yogyakarta: Suara peluit nyaring mendadak memecah riuh ratusan wisatawan yang asyik bermain air di bibir Pantai Parangtritis, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada suatu sore. Sumber suara berasal dari pos pantau kayu setinggi sekitar dua setengah meter. Dari ketinggian itu, Afif Nur Cahyana, 20, mencondongkan badan, menatap tajam sekelompok pengunjung yang tanpa sadar mendekati zona bahaya.

"Diberi peringatan dua kali, tiga kali. Kalau masih susah, kami tunggui. Kalau perlu, kami turun," kata Afif seperti dilansir Antara, Selasa, 30 Desember 2025.

Afif merupakan anggota Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah Operasi III. Ia bertugas sebagai relawan penyelamatan di Parangtritis. Pria itu kemudian menunjuk suatu area pantai yang tampak lebih gelap dan tenang, tak jauh dari bibir pantai. Ombak yang melintas tidak membawa buih.

"Air yang tenang itu justru palung. Orang awam melihatnya aman, padahal dalam. Di situ arus balik bisa menarik orang ke tengah," ujarnya, mata tetap fokus mengawasi wisatawan.

Ombak yang tampak jinak di titik itu menandakan palung, bagian laut lebih dalam yang kerap menjadi lokasi munculnya rip current. Arus balik ini mampu menyeret orang dengan cepat ke tengah laut. Untuk itulah, pos pantau berdiri persis menghadap kawasan rawan tersebut.

Afif ditemani rekannya, Irfan Tirta, 23. Keduanya telah bersiaga sejak pukul 08.00 WIB. Selain peluit, mereka dibekali pelampung, ATV, dan papan selancar. Momen libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 memaksa mereka meningkatkan kewaspadaan lantaran jumlah pengunjung jauh lebih ramai. Meski sesekali bercakap atau bercanda, pandangan mereka tidak pernah benar-benar lepas dari laut.
 


Kelengahan sekejap berpotensi membuat wisatawan melangkah melewati batas aman dan masuk ke area palung. Keduanya mengaku tak lagi ingat berapa kali meniup peluit hari itu. Syukurnya, hingga petang belum ada situasi darurat yang memaksa mereka turun ke air.

Kewaspadaan tinggi itu bukan tanpa alasan. Pada Rabu, 24 Desember 2025, tim SAR gabungan di Pos Pantai Parangtritis berhasil menyelamatkan empat wisatawan yang terseret ombak dan arus balik. Keempat korban dievakuasi dalam keadaan selamat.

Bagi Komandan Regu SRI Wilayah Operasi III, Al Andi Irawan, 29, kejadian itu mengingatkan bahwa laut dapat berubah dalam hitungan detik. Pria yang bertugas sejak 2018 itu pernah menghadapi peristiwa berat pada 2024, ketika sembilan orang terseret arus hampir bersamaan.

Tanpa pikir panjang, Andi berlari dan terjun, menarik satu per satu korban ke tepi. Saat menyeret korban pertama, lututnya terkena benturan benda tumpul hingga cedera. Namun, seluruh korban akhirnya berhasil diselamatkan.

"Bagi kami, momen paling membahagiakan adalah saat korban bisa diselamatkan," kata warga Kecamatan Kretek, Bantul itu.


Afif Nur Cahyana (kanan) dan Irfan Tirta (tengah) berjaga dari pos pantau kayu menghadap area palung di Pantai Parangtritis, Bantul, DIY. ANTARA/Luqman Hakim

Di tahun sama, ia kembali menolong seorang wisatawan asing yang terbawa arus balik lebih jauh ke tengah. Ombak tiba-tiba datang setinggi rumah dan memutar mereka di jalur arus yang mengarah ke laut lepas. Andi dan rekan nyaris satu jam terjebak di aliran kuat itu sebelum bantuan papan selancar dan tali tiba.

Dalam keseharian, Andi menyadari siaga di pantai bukan sekadar menolong, tetapi juga menunggu situasi tak terduga. Di bawah komandonya, 69 personel SRI Wilayah III bergantian menempati pos dan empat shelter di sepanjang Parangtritis hingga Pantai Depok. Shelter tersebut sengaja ditempatkan menghadap kawasan palung rawan.

Tiga sif telah disusun. Namun pada praktiknya, jadwal bisa tak berarti, terutama saat ramai pengunjung. Ketika ada laporan kecelakaan atau orang hilang, seluruh personel dipanggil tanpa memandang waktu. Andi kerap memotong waktu istirahat, bahkan saat sedang bersama keluarga.

Dorongan menjadi relawan, baginya, bukan soal gaji atau kebanggaan, melainkan inspirasi dari pamannya yang juga pernah bertugas sebagai relawan SAR di pantai tersebut.

Di momen libur seperti sekarang, tantangan terbesar kerap datang dari perilaku pengunjung. Masih ada wisatawan bersikeras turun mandi meski telah diingatkan berkali-kali. Mereka kerap berdalih mampu berenang, padahal medan Parangtritis berbeda.

Pantai itu memiliki palung atau cekungan di dasar laut yang dapat menimbulkan pusaran air dan arus balik. Di titik-titik tersebut telah dipasang papan larangan dan garis batas aman. Berdasarkan catatan SRI Wilayah III Parangtritis, sebagian besar kecelakaan laut terjadi di lokasi-lokasi tersebut.

Sekretaris SRI Wilayah III, Rinto Rafli, menjelaskan setidaknya ada tujuh titik palung tersebar dari sisi timur hingga barat pantai. Di situlah relawan berjaga.

"Kalau musim hujan seperti sekarang, palung atau rip current justru lebih mudah terlihat. Airnya tenang seperti kolam, tidak ada buih putih. Orang awam melihatnya aman, tapi itu justru jalur arus balik," jelas Rinto.

Titik-titik itu sering muncul di sekitar muara sungai kecil yang mengalir ke laut. Relawan telah menghafal lokasi rawan dan menempatkan pengawasan di empat shelter utama.

Pemerintah Daerah DIY menurunkan 328 personel Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) untuk siaga selama libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. Kepala Satpol PP DIY Bagas Senoadji menyampaikan, personel ditempatkan di tujuh titik penjagaan, lima di antaranya berada di sepanjang pesisir pantai selatan DIY selama 24 jam.

Langkah ini diambil karena pada akhir tahun kunjungan wisata terpusat di pantai sehingga risiko kecelakaan laut meningkat. Kebijakan tersebut juga menindaklanjuti arahan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X agar pengawasan dan peringatan kepada wisatawan diperketat di sepanjang garis pantai selatan yang membentang sekitar 113 kilometer, meliputi Gunungkidul, Bantul, hingga Kulon Progo.

Menjelang senja, langit mulai meredup di atas pantai yang populer dengan legenda Nyai Roro Kidul itu. Di pos kayu, Afif kembali mencondongkan badan, matanya menyapu garis air yang berubah warna. Irfan duduk di sampingnya, memutar peluit di tangan.

"Tidak berharap ada kejadian sih. Tapi sampai sekarang alhamdulillah aman!" kata Irfan, tersenyum dari atas pos kayu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Whisnu M)