Inflasi Inti Jepang Melambat

Jepang. Foto: Unsplash.

Inflasi Inti Jepang Melambat

Arif Wicaksono • 19 April 2024 14:28

Tokyo: Inflasi inti Jepang melambat pada Maret. Indeks yang mengukur tren harga yang lebih luas turun di bawah tiga persen untuk pertama kalinya selama setahun. Inflasi yang menurun bisa membuat Bank Sentral Jepang untuk menahan kenaikan suku bunga.

Melansir Channel News Asia, Jumat, 19 April 2024, indeks harga konsumen inti (CPI) nasional, yang tidak termasuk bahan makanan segar namun termasuk bahan energi, naik 2,6 persen pada Maret dibandingkan tahun sebelumnya, sesuai dengan perkiraan median pasar.

Kenaikan tersebut melambat dari kenaikan 2,8 persen pada Februari karena perlambatan kenaikan harga pangan. Namun tetap berada di atas target bank sentral sebesar dua persen.

Sementara itu, Indeks kenaikan harga yang tidak termasuk biaya makanan segar dan energi melemah menjadi 2,9 persen setelah meningkat 3,2 persen pada Februari. Ini adalah pertama kalinya sejak November 2022 indeks turun di bawah tiga persen.

Meskipun inflasi konsumen diperkirakan akan melambat, fokus Bank Of Japan (BOJ) adalah kenaikan harga jasa seiring dengan pertumbuhan upah yang lebih tinggi.

“BoJ memperkirakan tingkat pertumbuhan harga barang akan melambat," kata Ekonom di Sompo Institute Plus Masato Koike.

Sebaliknya BOJ akan memantau depresiasi yen atau kenaikan harga minyak mentah akibat ketegangan di Timur Tengah yang bisa mendorong kenaikan harga.

Pelaku pasar sedang mencari petunjuk kapan bank sentral akan menaikkan suku bunga lagi setelah mengakhiri suku bunga negatif bulan lalu dalam sebuah perubahan penting dari kebijakan moneter super longgar yang telah berlangsung selama satu dekade.

Kenaikan inflasi

Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan bank sentral bisa menaikkan suku bunga lagi jika penurunan yen secara signifikan mendorong kenaikan inflasi.

BOJ mengatakan pencapaian target harga dua persen yang berkelanjutan dan stabil serta pertumbuhan upah yang kuat sangat penting untuk normalisasi kebijakan.

Meskipun perusahaan-perusahaan Jepang menawarkan kenaikan upah terbesar dalam 33 tahun pada tahun ini, upah riil yang disesuaikan dengan inflasi terus menurun selama hampir dua tahun.

Melemahnya yen akan mendorong kenaikan harga impor yang bisa semakin memperburuk daya beli rumah tangga dan membebani konsumsi. Seorang pejabat kementerian dalam negeri mengatakan dampak kenaikan upah baru-baru ini belum tercermin pada harga layanan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)