We Work. Foto: Unsplash.
Sydney: WeWork berencana untuk mengajukan kebangkrutan pada awal minggu depan. Perusahaan yang didukung SoftBank Group berjuang dengan tumpukan utang dan kerugian yang besar.
Saham penyedia ruang kerja fleksibel itu turun 32 persen dalam perdagangan yang diperpanjang setelah Wall Street Journal (WSJ) pertama kali melaporkan berita tersebut. Saham tersebut telah turun sekitar 96 persen tahun ini.
WeWork yang berbasis di New York sedang mempertimbangkan untuk mengajukan petisi Bab 11 di New Jersey, lapor WSJ, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Sebelumnya WeWork mengatakan pihaknya telah menandatangani perjanjian dengan kreditur untuk penundaan sementara pembayaran sebagian utangnya, dengan masa tenggang hampir berakhir.
Utang WeWork
Perusahaan ini memiliki utang jangka panjang bersih sebesar USD2,9 miliar pada akhir Juni dan sewa jangka panjang lebih dari USD13 miliar, pada saat meningkatnya biaya pinjaman merugikan sektor
real estate komersial.
Pengajuan kebangkrutan WeWork akan menandai pembalikan kekayaan yang menakjubkan bagi perusahaan yang bernilai USD47 miliar pada 2019 dan titik hitam bagi investor SoftBank yang tenggelam miliaran dolar.
Perusahaan berada dalam kekacauan sejak rencananya untuk go public pada 2019 gagal menyusul skeptisisme investor terhadap model bisnisnya yang mengambil sewa jangka panjang dan menyewakannya untuk jangka pendek serta kekhawatiran akan kerugian yang besar.
Kesengsaraan WeWork tidak mereda pada tahun-tahun berikutnya walaupun berhasil go public pada 2021 dengan valuasi yang jauh lebih rendah. Pendukung utamanya, konglomerat Jepang SoftBank, menghabiskan puluhan miliar dolar untuk menopang startup tersebut, namun perusahaan tersebut terus merugi.
WeWork menimbulkan keraguan besar mengenai kemampuannya untuk melanjutkan operasinya pada bulan Agustus, dengan banyaknya eksekutif puncak, termasuk CEO Sandeep Mathrani, yang mengundurkan diri tahun ini.