Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto,. Foto: Medcom.id/Kautsar.
Jakarta: Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, berharap untuk menerapkan kewajiban pencampuran biodiesel berbahan dasar minyak sawit sebesar 50 persen pada awal tahun depan. Menurutnya ini akan mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar USD20 miliar per tahun.
Dia mengatakan pada pekan lalu berencana untuk meningkatkan pencampuran menjadi 40 persen pada Januari 2025, dari 35 persen saat ini, dalam upaya mengurangi impor bahan bakar dan menurunkan emisi bahan bakar fosil.
“Dengan B50, 50 persen biodiesel terbuat dari minyak sawit, begitu kita mencapai B50, Insya Allah pada akhir tahun ini atau awal tahun depan, kita akan menghemat USD20 miliar per tahun, kita tidak perlu mengirim uang ini ke luar negeri.” ujar Prabowo, dilansir Channel News Asia, Selasa, 27 Agustus 2024.
Harga minyak sawit berjangka Malaysia melonjak dan mencapai level tertinggi dalam lebih dari sebulan karena berita tersebut, sebelum melemah dan menetap pada 3.921 ringgit (USD902,42) per metrik ton, atau naik 1,4 persen.
Sementara itu, Asosiasi produsen minyak sawit terbesar di Indonesia, Gapki, mengatakan B50 tidak dapat diterapkan pada awal 2025, karena belum diuji.
Asosiasi produsen biofuel Indonesia APROBI mengatakan para produsen memerlukan waktu untuk menguji bahan bakar B50 dan meningkatkan kapasitas produksi mereka untuk memenuhi permintaan, kata sekretaris jenderal kelompok tersebut.
Pakar Biofuel di Institut Teknologi Bandung Tatang Hernas Soerawidjaja mengatakan industri biodiesel mungkin perlu meningkatkan kualitas produknya untuk memastikan bahan bakar tetap stabil untuk keperluan pencampuran yang lebih tinggi.
"Biodiesel rentan membentuk sedimen jika bersentuhan dengan oksigen, terutama pada saat pengangkutan dan penyimpanan, yang dapat menyumbat filter mesin," katanya.
Dia menuturkan beberapa produsen biodiesel mungkin perlu memasang peralatan baru untuk memenuhi standar baru, dan ini akan memakan waktu enam bulan. “Akan bijaksana untuk menerapkannya paling cepat pada akhir tahun 2025,” tambahnya.
Serapan B50
B50 diperkirakan akan mengonsumsi 18 juta metrik ton minyak sawit mentah, naik dari perkiraan 11 juta metrik ton yang digunakan untuk B35 tahun ini, kata Gapki sebelumnya.
Konsumsi minyak sawit Indonesia telah tumbuh rata-rata 7,6 persen per tahun sejak 2019, menurut data Gapki, sementara produksi pada periode yang sama meningkat kurang dari satu persen per tahun di Indonesia, yang merupakan produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Peningkatan mandat biodiesel akan mengakibatkan penurunan volume ekspor.
“Pencapaian 50 persen tidak mungkin dilakukan dalam beberapa bulan ke depan karena uji coba yang diperlukan belum dilakukan. Mencapai 40 persen itu sendiri merupakan tugas besar,” kata seorang trader yang berbasis di Mumbai.
Mandat biodiesel sawit di Indonesia berlaku untuk transportasi darat, kereta api, mesin industri, dan pembangkit listrik tenaga diesel. Indonesia juga mengembangkan bahan bakar jet berbasis kelapa sawit dan telah melakukan uji terbang, meskipun implementasi rencana pencampuran bahan bakar nabati sebesar tih persen untuk bahan bakar jet pada tahun 2020 tertunda.