Tiongkok Bergelut dengan Krisis Lapangan Kerja dan Perumahan

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

Tiongkok Bergelut dengan Krisis Lapangan Kerja dan Perumahan

Media Indonesia • 10 March 2024 10:55

Beijing: Pejabat Tiongkok menuturkan perlu berbuat lebih banyak untuk meningkatkan lapangan kerja dan menstabilkan pasar properti ekonomi kedua terbesar di dunia itu.
Para pejabat tinggi Tiongkok menuturkan sedang bergulat dengan krisis sektor properti yang berkepanjangan, tingginya angka pengangguran kaum muda, dan perlambatan global yang memukul permintaan barang-barang Tiongkok.
 

baca juga: Ekonomi Tiongkok Diyakini Segera Pulih

Pengangguran kaum muda mencapai angka 21,3 persen, yang belum pernah terjadi, pada pertengahan 2023, sebelum para pejabat berhenti menerbitkan angka bulanan. Harga rumah telah jatuh selama berbulan-bulan. Beberapa pengembang properti besar berjuang untuk tetap bertahan.
Para pejabat mengakui kesulitan dalam membalikkan kedua tren tersebut.

"Tekanan lapangan kerja secara keseluruhan belum berkurang dan masih ada kontradiksi struktural yang harus diselesaikan," kata Menteri Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial  Wang Xiaoping dikutip dari Media Indonesia, Minggu, 10 Maret 2024.

Wang menuturkan sebagian pekerja menghadapi sejumlah tantangan dan masalah dalam pekerjaan serta diperlukan lebih banyak upaya menstabilkan pekerjaan. Namun, dia mengatakan Beijing yakin dapat menjaga stabilitas situasi ketenagakerjaan.

Menteri Perumahan Tiongkok Ni Hong, pada gilirannya, mengatakan kepada wartawan bahwa memperbaiki pasar properti, yang telah lama menyumbang sekitar seperempat perekonomian Tiongkok masih merupakan tantangan.

"Tugas menstabilkan pasar masih sangat sulit," katanya. Ia menunjuk pada upaya negara menurunkan suku bunga dan menurunkan uang muka.

penegakan hukum kepada pelaku pasar

Ia menambahkan pelaku pasar yang merugikan kepentingan masyarakat harus diselidiki secara tegas dan ditangani sesuai dengan hukum. Meskipun ada masalah besar dengan pasar perumahan, ia bersikeras bahwa tujuan Beijing menghindari risiko sistemis di sektor properti tetap dipertahankan.  

Pertemuan di Beijing minggu ini didominasi oleh isu ekonomi dan keamanan. Pada Selasa, para pemimpin dunia menetapkan target pertumbuhan ambisius sekitar lima persen pada 2024. Target ini menurut para analis tergolong ambisius mengingat tantangan yang menghambat perekonomian Tiongkok.

Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang mengakui tujuan tersebut tidak mudah untuk dibaca mengingat risiko yang masih ada dan bahaya tersembunyi dalam perekonomian. Investor telah menyerukan tindakan yang lebih besar dari negara untuk menopang perekonomian yang lesu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)