Olimpiade. Foto: Olympics.
Brussels: UBS menuturkan Inflasi global dapat mengalami kebangkitan baru berkat belanja besar-besaran yang dipicu oleh konser Taylor Swift dan Olimpiade.
Bank Eropa itu memperingatkan dua event besar tersebut dapat menciptakan kejutan permintaan mendadak di kalangan konsumen karena banyaknya orang pergi ke Eropa untuk menyaksikan acara olahraga dan pertunjukan Taylor Swift.
UBS mengingatkan peristiwa besar kerap menyebabkan lonjakan biaya hotel dan transportasi, yang dapat menyebabkan inflasi umum meningkat, bahkan ketika biaya hidup keseluruhan di kota tersebut tidak meningkat. Hal serupa mungkin terjadi di Inggris, tambahnya, di mana harga hotel naik pada bulan Juni, kemungkinan karena Swifties menuju ke kota tersebut untuk menyaksikan Eras Tour Taylor Swift.
"Pertandingan Olimpiade atau konser Taylor Swift menimbulkan guncangan permintaan secara tiba-tiba. Tiket untuk acara-acara besar sering kali dijual dengan harga tinggi, tetapi hal ini mungkin tidak tercatat dalam data harga konsumen. Metode survei yang digunakan sering kali mengabaikan acara spesifik seperti ini," ujar Kepala ekonom UBS Global Wealth Management Paul Donovan dikutip dari
Business Insider, Sabtu, 10 Agustus 2024.
Dia menuturkan metode pengukuran harga hotel dan transportasi lebih cenderung menangkap pola permintaan yang tidak biasa dan bersifat sementara,.
"Dan di sinilah terjadi peningkatan inflasi harga konsumen,” tambahnya.
Konser Taylor Swift, khususnya, dikenal sebagai kekuatan super dalam perekonomian. Tur Swift di Amerika Serikat (AS) menarik perhatian Federal Reserve pada 2023, yang mencatat konser bintang pop tersebut meningkatkan perekonomian lokal di seluruh AS.
harga sudah menurun
Di Eropa dan AS, harga-harga telah menurun dari level tertingginya pada 2022, dengan inflasi di kedua wilayah tersebut mencapai 2 hingga 3 persen pada Juni. Namun para gubernur bank sentral masih mewaspadai laju inflasi, dengan para gubernur bank sentral AS menyatakan kehati-hatian dalam melonggarkan kebijakan moneter sebelum inflasi mendekati target 2 persen.
Meskipun pasar memperhitungkan penurunan suku bunga The Fed, angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat mendorong para pengambil kebijakan untuk menunda pelonggaran kebijakan.
"Hal ini bisa menjadi bearish bagi saham, dan meningkatkan risiko potensi resesi," ujar analis pasar.