Kondisi Ekonomi Global Buat Pelaku Industri Sulit Bantu Kurangi Emisi Karbon

London: Perlambatan ekonomi global akan memberatkan usaha perusahaan untuk mencapai tujuan dari perubahan iklim. Sekitar 40 persen perusahaan di seluruh dunia mengatakan mereka tidak dapat berinvestasi lebih lanjut dalam dekarbonisasi karena kondisi saat ini.

Menurut penelitian baru yang dilakukan oleh konsultan Accenture, yang menyurvei 1.000 eksekutif, hampir dua pertiganya mengindikasikan upaya utama mereka untuk mengurangi emisi karbon tidak akan menarik secara ekonomi.

Melansir The Business Times, Kamis, 16 November 2023, CEO Accenture untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika Jean-Marc Ollagnier mengatakan penerapan langkah-langkah utama dekarbonisasi tidaklah seragam, karena beberapa perusahaan masih belum menguasai dasar penerapanya.

Uni Eropa bernasib lebih baik dibandingkan wilayah lain di dunia, dengan 61 persen perusahaan yang disurvei mempunyai target nol bersih, dibandingkan dengan 28 persen di Amerika Utara dan 30 persen secara global. Namun, hanya 24 persen perusahaan Eropa yang berada pada jalur untuk  mencapai net zero pada 2050.

"Jika industri berat gagal melakukan dekarbonisasi, maka semua industri lainnya akan gagal," kata peneliti itu, dilansir The Business Times, Kamis, 16 November 2023.

Beberapa negara menarik diri mendukung energi terbarukan

Temuan ini muncul ketika beberapa negara menarik diri dari rencana untuk mendukung energi terbarukan dan produk rendah karbon di tengah tingginya inflasi dan kekhawatiran mengenai biaya dan keamanan energi.

Penelitian Accenture menunjukkan perusahaan-perusahaan juga bergerak lebih lambat, pada saat peristiwa cuaca buruk di seluruh dunia menyoroti dampak buruk perubahan iklim.

Dalam laporan terpisah konsultan tersebut menemukan bahwa hanya 18 persen perusahaan berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan net zero pada pertengahan abad ini.

Pada saat yang sama, 37 persen perusahaan telah berjanji untuk mencapai net zero, naik dari 34 persen tahun lalu – berdasarkan analisis terhadap 2.000 perusahaan terbesar di dunia.