Aliran Modal Asing ke RI Bakal Tersendat Efek Kemenangan Trump

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Aliran Modal Asing ke RI Bakal Tersendat Efek Kemenangan Trump

Insi Nantika Jelita • 9 January 2025 20:17

Jakarta: Head of Markets and Securities Services, HSBC Indonesia Ali Setiawan berpandangan kemenangan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) 2024 dinilai akan memicu terbatasnya aliran modal asing yang masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sentimen risk-off atau menunjukkan investor menghindari atau melepas aset dan mata uang berisiko diramalkan meningkat, sehingga dolar AS diyakini tetap akan kuat dan rupiah diramalkan melemah. Hal ini disampaikan dalam Media Briefing HSBC: Indonesia & Asia (Investment & Economic) Outlook 2025, Kamis, 9 Januari 2025.

Pada September hingga Oktober 2024, rupiah menguat ke level Rp15 ribuan per dolar Amerika Serikat (AS) karena disebabkan ekspektasi pasar terhadap rencana Bank Sentral AS atau The Fed yang akan memangkas suku bunga lebih dalam. Hal ini membuat dolar AS melemah. Pada periode itu, Ali menuturkan aliran modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai Rp100 triliun. 

Namun, setelah pengumumam pemenangan Trump pada November 2024, The Fed memutuskan memperlambat laju penurunan suku bunga AS. Dengan ketidakpastian ini, investor asing akan cenderung melarikan modalnya pada aset-aset safe haven seperti emas atau dolar AS. Hal tersebut memicu capital outflow atau berpindahnya modal asing dari pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia, secara besar-besaran.

"Kalau sekarang kita melihat suku bunga yang masih disini-sini saja, mungkin dana yang masuk ke Indonesia tidak akan deras. Tendensi aliran modal asing ke negara berkembang akan cepat menurun. Dampaknya pun ke rupiah kita yang terus tertekan di Rp16 ribuan," ujar dia.


Ilustrasi. Foto: dok MI

 

Baca juga: Indonesia Kebanjiran Rp1,08 Triliun Modal Asing Minggu Ini
 

Tren pelemahan rupiah


Tren pelemahan rupiah, lanjut Ali, juga karena masalah fundamental yakni bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat Indonesia yang masih terus dipenuhi dari impor. Dengan begitu, pasokan dolar AS semakin menguat dan membuat rupiah semakin tertekan. Sementara, untuk pembayaran ekspor, dikatakan tidak semua ditukar dengan mata uang Garuda.

"Jadi, ini tergantung dari demand and supply, atau yang beli dan jual. Kalau tiap hari kita impor makanan dan lainnya, itu semua dibeli dengan dolar AS. Kalau ekspor, tidak semua itu ditukarkan ke rupiah," ucapnya.

Kendati demikian, Chief Investment Officer, Southeast Asia for Private Banking and Wealth Management, HSBC James Cheo memperkirakan pertumbuhan ekonomi di enam besar negara ASEAN (ASEAN-6) akan mencapai 4,8 persen di 2025. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN, yaitu 4,4 persen.

"Ini karena sekitar 60 persen dari total ekonomi ASEAN berasal dari konsumsi masyarakat. Hal ini diharapkan dapat mengurangi risiko penurunan ekspor di tengah ketidakpastian perdagangan global di 2025," ucap dia.

Di ASEAN, negara-negara yang berhubungan kuat dengan ekspor teknologi terkait kecerdasan buatan (AI), akan menikmati siklus pertumbuhuan teknologi global yang sedang berlangsung. Ekonomi ASEAN tetap menjadi penerima manfaat dan pergeseran arus perdagangan dan reorientasi rantai pasokan yang didorong oleh pembatasan perdagangan AS dan tarif pada Tiongkok.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)