Camat Pabean Cantian, Muhammad Januar Rizal. Dokumentasi/ Humas Pemkot Surabaya
Surabaya: Viral di media sosial seorang lansia asal Surabaya berinisial SF, 65, yang dititipkan oleh empat anak kandungnya ke Griya Lansia di Malang. Peristiwa ini menuai simpati warganet. Menanggapi hal itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Kecamatan Pabean Cantian bergerak cepat melakukan pendekatan persuasif agar SF bisa kembali dirawat oleh keluarganya.
Camat Pabean Cantian, Muhammad Januar Rizal, menyampaikan kasus ini tidak sesederhana seperti yang digambarkan warganet. Menurutnya anak ketiga SF, LH (40), tidak bermaksud menelantarkan ibunya, melainkan karena keterbatasan ekonomi dan tempat tinggal, ia memilih menitipkan ibunya ke tempat yang memiliki fasilitas perawatan lebih layak.
"Tidak ada niat dari anaknya untuk membuang ibunya. Karena keterbatasan dan situasi yang sulit, anaknya memilih solusi yang dianggap terbaik,” kata Januar, Kamis, 17 Juli 2025.
Januar menambahkan SF sebelumnya tinggal di Madura selama dua tahun, dan baru satu bulan terakhir tinggal bersama LH di kawasan Perlis, Surabaya. LH yang berprofesi serabutan dan tinggal menumpang di rumah sepupu, merasa kewalahan merawat ibunya sendirian, terutama dengan kondisi sang ibu yang sempat terkena stroke dan kini memerlukan perhatian khusus.
Sementara anak-anak SF lainnya diketahui tinggal terpisah di Kalimantan dan Madura. LH mengatakan bahwa dirinya hanya ingin ibunya mendapatkan perawatan yang layak dan membantah tudingan sengaja menelantarkan.
Januar memastikan bahwa SF selama ini telah menerima berbagai bantuan seperti PKH, BLT beras dari Bulog, dan juga bantuan permakanan dari warga sekitar lewat program Kampung Madani.
Menanggapi viralnya kabar SF, pihak Kecamatan telah menghubungi langsung pengelola Griya Lansia Malang. Januar menegaskan bahwa informasi yang menyebutkan larangan menjenguk dan tidak adanya pemberitahuan saat keadaan darurat adalah tidak benar.
"Saya sudah telepon langsung ke pihak Griya Lansia, mereka terbuka soal kunjungan. Justru pelayanannya sangat baik. Kami sampaikan terima kasih atas bantuan mereka,” katanya.
Sebagai solusi, Pemkot Surabaya menawarkan fasilitas tempat tinggal kontrakan untuk LH agar bisa kembali merawat ibunya sendiri dan tidak lagi menumpang di rumah sepupu.
"Kami siap fasilitasi kos-kosan atau rumah kontrakan selama sebulan ke depan, supaya SF bisa dirawat oleh anaknya sendiri,” ujarnya.
Namun demikian, keputusan akhir tetap berada di tangan keluarga. LH menyatakan bahwa meskipun terbantu oleh tawaran Pemkot, saat ini ia masih kesulitan merawat ibunya sendirian karena harus bekerja.
"Kalau saya tinggal kerja, siapa yang rawat? Saya niat jenguk kalau ada rezeki. Saya titipkan ibu karena ingin beliau dirawat dengan layak, bukan karena saya buang dia,” kata LH.
Diketahui berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 120 Tahun 2021, layanan Griya Wreda dikhususkan untuk lansia yang miskin, terlantar, dan tidak memiliki keluarga. Apabila masih memiliki anak, maka perawatan menjadi tanggung jawab keluarga.
Januar pun mengimbau kepada seluruh warga agar lebih peduli terhadap para lansia di lingkungan sekitar dan tidak ragu untuk melapor kepada RT, RW, atau pihak kecamatan jika menemukan kasus serupa.
"Tidak ada istilah bekas orang tua. Orang tua tetap orang tua, kewajiban anak adalah merawat, bukan melepas,” ujarnya.