Pengamat internasional dari Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja. (Metrotvnews.com/Marcheilla Ariesta)
Marcheilla Ariesta • 14 January 2025 22:59
Jakarta: Masuknya Indonesia ke BRICS menjadi sorotan dunia, termasuk Amerika Serikat (AS). Presiden terpilih AS Donald Trump bahkan mengancam negara-negara yang masuk BRICS.
Pengamat internasional dari Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja mengatakan, BRICS memiliki potensinya tersendiri bagi Indonesia. Terlebih, Indonesia termasuk sebagai negara produsen komoditas.
“BRICS itu menjadi semacam wadah baru buat negara-negara yang selama ini menjadi sasaran sanksi dari negara-negara Barat yang notabene menguasai teknologi, kemudian inovasi dari segi industri. Mereka menguasai itu dan juga masih punya mata uang yang kuat,” kata Dinna dalam bincang bersama di Jakarta, Selasa, 14 Januari 2025.
Dinna menjelaskan, sanksi yang dibuat negara Barat ini menjadi hambatan bagi negara BRICS. Tak hanya mempengaruhi ekonomi, tapi juga berdampak negatif pada masyarakat.
Karenanya, BRICS dibuat oleh negara anggota awal, termasuk Rusia dan Tiongkok, sebagai ‘alternatif’ untuk melawan rezim sanksi ini.
Dinna menjelaskan, BRICS memiliki potensi besar sebagai alternatif jalan keluar untuk tetap berproduksi dan berdagang.
“Negara-negara BRICS memiliki sumber daya alam yang melimpah dan populasi yang besar. Namun, tantangan politik dan ekonomi masih harus diatasi,” kata Dinna.
Karena, ujar Dinna, untuk membangun alternatif yang efektif, komunikasi dan kerja sama antar-negara BRICS sangat penting. Membangun mekanisme transaksi dan perbankan yang akurat dan bebas korupsi juga merupakan prioritas.
Tantangan dan Peluang Indonesia di BRICS
Indonesia, sebagai anggota BRICS, memiliki peluang besar untuk meningkatkan ekonominya. Namun, tantangan seperti membangun sistem perbankan dan transaksi yang efektif, serta mengatasi korupsi masih harus dihadapi.
Menurutnya, bergabungnya Indonesia dengan BRICS merupakan langkah strategis untuk meningkatkan ekonomi dan membangun alternatif jalan keluar dari rejim sanksi. Meski demikian, Dinna menilai perlu adanya komitmen politik, komunikasi, dan kerja sama yang efektif untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.
BRICS Langkah Awal Diplomasi Indonesia Era Prabowo
Menteri Luar Negeri RI Sugiono akhirnya angkat bicara terkait dengan masuknya Indonesia ke BRICS dalam pidato Pernyataan Pers Tahunan Menteri (PPTM). Menurutnya, keputusan tersebut merupakan hasil dari konsistensi diplomasi Indonesia sejak lama.
“Keanggotaan Indonesia di BRICS ini merupakan wujud politik luar negeri itu sendiri. Karena keputusan ini bukanlah hasil kerja semalam. Melainkan buah dari kiprah konsistensi dan keteguhan diplomasi Indonesia selama puluhan tahun,” kata Sugiono.
Sugiono menuturkan, sebagai anggota BRICS, Indonesia akan menjadi jembatan bagi negera-negara berkembang.
“Sebagai anggota BRICS Indonesia akan memastikan menjembatani kepentingan negara-negara berkembang dan kawasan Indo-Pasifik, dan akan terus aktif mencegah meruncignya persaingan geoekonomi dan geopolitik,” tegas Sugiono.
Baginya, keanggotaan Indonesia di dalam BRICS bukanlah sesuai kebijakan yang terisolir. Ia menyebutkan, Indonesia juga aktif di organisasi multilateral yang lain, seperti G20, APEC IPEF MIFTA dan CPTPP.
Baca juga: Gabung BRICS, Langkah Strategis Diplomasi Indonesia di 2025