Memilih Optimis di Tengah Keraguan

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Memilih Optimis di Tengah Keraguan

Aries Fadhilah • 6 August 2025 16:45

Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal kedua 2025. Angkanya mengejutkan banyak pihak: ekonomi kita tumbuh 5,12 persen. Bahkan beberapa pengamat ekonomi sampai mengangkat alis. Ada yang menyangsikan, ada yang menilai angka ini terlalu optimis.
 
Saya tidak menyalahkan siapa pun yang ragu. Saya sendiri juga sempat terkejut. Tapi di tengah semua keraguan itu, saya memilih untuk percaya pada data BPS. Bukan karena saya ahli statistik, bukan pula karena saya tahu segala seluk-beluk perekonomian. Tapi karena BPS adalah lembaga resmi negara, yang punya mandat, sistem, dan metodologi yang terukur. Dan yang paling penting: saya memilih untuk percaya, karena saya butuh optimisme.
 
Kita sedang hidup di masa yang tidak mudah. Banyak harga naik, lapangan kerja belum merata, dan suara pesimisme terdengar dari mana-mana. Tapi coba bayangkan, apa jadinya hidup ini kalau kita kehilangan harapan?
 
Optimisme bukan berarti menutup mata dari kenyataan. Tapi percaya apa yang kita kerjakan hari ini — sekecil apa pun — bisa membawa kebaikan di hari esok. Dan angka pertumbuhan ekonomi yang naik ini, harus jadi bahan bakar semangat. Momentum. Bukan malah dicurigai lalu dilewatkan begitu saja.
 

Pemerintah jadi penjaga semangat rakyat

 
Justru di saat seperti inilah, pemerintah harus hadir sebagai penjaga semangat rakyat. Angka pertumbuhan ekonomi yang naik bukan hanya soal data, tapi soal narasi. Pemerintah harus kompak menyampaikan pesan yang sama: kita sedang berjalan ke arah yang benar.
 
Tidak perlu gaduh. Tidak perlu pernyataan yang saling membatalkan antarpejabat. Rakyat ingin melihat keseriusan dalam bekerja, bukan tontonan yang melelahkan.
 
Dan satu hal yang sangat penting: korupsi harus dilawan dengan serius, tanpa basa-basi. Karena tidak ada yang bisa membunuh optimisme lebih cepat daripada rasa tidak adil.
 
Dalam hidup ini, kita semua butuh cerita yang membuat mata kita berbinar. Bukan sekadar dongeng, tapi narasi harapan. Karena rakyat bukan butuh janji-janji, melainkan alasan untuk terus percaya bahwa masa depan bisa lebih baik.
 
Saya bukan ekonom. Saya tidak punya semua rumus dan grafik. Tapi saya punya satu hal yang saya pegang teguh: berprasangka baik. Saya percaya bahwa masa depan adalah milik Tuhan, tapi kita semua dituntut untuk tetap berusaha dan berpikir positif. Karena dari situlah harapan tumbuh.
 
Dan selama harapan itu ada, Indonesia tidak akan pernah kehabisan tenaga untuk bangkit.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Ade Hapsari Lestarini)